ut

Selasa, 31 Maret 2015

EKG definisi, nomenklatur dan gelombang



C.  Elektrokardiogram (EKG)
1. Definisi
       Elektrokardiogram (EKG) adalah rekaman listrik jantung diperoleh dengan bantuan elektroda yang ditempel di permukaan tubuh seseorang. Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari tentang EKG. Elektrokardiograf adalah suatu alat yang sederhana, relatif murah, praktis dan dapat dibawa ke mana-mana, tetapi harus diingat bahwa walaupun alat ini sangat berguna, banyak pula keterbatasannya. Dalam usaha menginterpretasikan gambaran elektrokardiogram, harus selalu diingat bahwa gambaran EKG normal belum tentu menunjukkan  keadaan jantung yang normal, juga sebaliknya gambaran EKG yang abnormal belum tentu menunjukkan jantung yang tidak normal pula.8,26
     Manfaat rekaman EKG untuk diagnosis iskemia dan infark akan sangat berguna. Walaupun gambaran klinis, pemeriksaan enzim dan rekaman EKG merupakan tiga serangkai yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis infark miokard akut (IMA), gambaran EKG saja, yang menunjukkan evolusi infark, maka sudah dapat digunakan.Oleh karena itu, rekaman EKG mutlak dilakukan pada setiap penderita yang mengeluh sakit dada yang datang di unit gawat darurat. Apalagi dalam rangka keputusan pemberian obat trombolisis kita berpacu dengan waktu, maka alat yang sangat praktis seperti EKG akan sangat bermanfaat.27
2. Anatomi Sistim Konduksi
       Pada orang normal, rangsangan listrik jantung berawal di nodus sinoatrial (SA). Rangsang itu kemudian dihantarkan ke seluruh jantung melalui jaringan konduksi tertentu. Dari nodus SA ke nodus AV (atrioventrikuler node), rangsang dihantarkan melalui traktus intranodal(anterior, medial dan posterior). Berkas His mulai dari nodus Atrio-Ventrikuler, melewati central fibrous body sampai mencapai tepi atas septum interventrikuler. Lalu berjalan pada sisi kiri pars membranosa. Berkas cabang kanan (RBB= right bundle branch)  merupakan terusan berkas his. Kemudian menuju endokardium ventrikel kanan, berjalan sebagai struktur tunggal di lapisan sub endokard di sisi kanan sehingga mencapai dasar muskulus papilaris anterior. Dari sini terbagi menjadi tiga yaitu cabang anterior, posterior dan lateral.26
       Cabang lateral menuju dinding lateral ventrikel kanan dan bagian bawah septum membentuk bangunan seperti kipas, yang akhirnya sebagai anyaman purkinye. Cabang kiri (LBB = Left bundle branch) umumnya mempunyai variasi yang lebih banyak. Fasikulus anterior (superior) terdiri dari bangunan panjang dan tipis berjalan menuju muskulus papilaris anterior. Sedang fasikulus posterior (inferior) biasanya lebih pendek dan lebih lebar menuju ke septum bagian posterior. Kadang-kadang ditemukan fasikulus septal.28
       Pasok darah ke sistem konduksi intraventrikuler sangat beragam. Pada sembilan puluh persen populasi, pasok darah nodus AV berasal dari RCA (right coronary artery), sedang 10% berasal dari LCX (left circumflex artery). Atrioventricular nodal artery juga memasok darah ke berkas his maupun cabang berkas bagian pangkal (proksimal). Bagian proksimal RBB, serta LBB dan fasikulus anterior LBB, sebagian besar mendapat darah dari
cabang septal LAD (left anterior decending ). Sedangkan pada fasikulus posterior LBB akan mendapat pasokan darah dari cabang berkas PDA (posterior descending artery). Pada berkas his, bagian pangkal RBB, serta pangkal LBB dan fasikulus posterior mendapat perdarahan ganda dari dua tempat yakni dari PDA dan LAD.28


Gambar 2.3
Sistim Konduksi
Sumber: Sundana27







3.   Nomenklatur
Gambar 2.4
Kurva EKG
Sumber: Pratanu8

a.        Gelombang P
       Merupakan depolarisasi atrium. Oleh karena arah vektornya ke kiri ke bawah, maka bila gelombang P normal (dari nodus SA) gambaran akan terlihat positif di sandapan II, AVF dan negatif di AVR.27
b.       Interval PR
       Diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan kompleks QRS. Interval PR mungkin berbeda-beda pada sandapan yang berbeda. Interval ini menggambarkan waktu yang diperlukan dari permulaan depolarisasi atrium sampai awal depolarisasi ventrikel atau waktu yang diperlukan impuls listrik dari nodus SA  menuju serabut  Purkinje dan normalnya 0,12-0,20 detik.26
c.        Kompleks QRS
        Kompleks QRS merupakan gelombang kedua setelah gelombang P, terdiri atas gelombang Q-R dan/atau S. Gelombang QRS merupakan hasil depolarisasi yang terjadi di kedua ventrikel yang dapat direkam oleh mesin EKG. Normalnya, lebar kompleks QRS adalah 0,06-0,12 detik dengan amplitudo bervariasi bergantung pada sandapan.27
Cara penamaan kompleks QRS sebagai berikut: 26
1)      Bila setelah gelombang P terjadi defleksi ke atas, maka hal ini dinamakan gelombang R  selanjutnya turun hingga batas garis isoelektris. Dan setelah melewati garis isoelektris, maka gelombang tersebut kemudian turun dan dinamakan gelombang S. Setelah itu, S naik kembali hingga batas isoelektris dan membentuk gelombang T.
2)      Bila setelah gelombang P terjadi defleksi ke bawah, ini dinamakan gelombang Q, jika  naik hingga batas garis isoelektris. Setelah itu, R turun kembali hingga batas isoelektris dan membentuk gelombang T. Oleh karena kompleksnya gelombang QRS, maka tidak harus selalu disertai gelombang Q dan S.
d.       Interval QRS
       Gambaran yang ditimbulkan oleh depolarisasi ventrikel. Normal jika lebarnya 0,06-0,12 detik. Tingginya tergantung lead. Kepentingannya yaitu untuk mengetahui adanya hipertrofi ventrikel, mengetahui adanya bundle branch blok dan mengetahui adanya infark.27
e.        Segmen ST
       Merupakan garis horizontal setelah akhir QRS sampai awal dari gelombang T. Hal ini merupakan waktu depolarisasi ventrikel yang masih berlangsung sampai dimulainya awal dari repolarisasi ventrikel. Yang normalnya, sejajar garis isoelektris. Segmen ST yang turun dibawah garis isoelektris dinamakan depresi dan yang naik diatas garis isoelektris dinamakan ST elevasi. ST elevasi dapat menunjukkan adanya suatu infark miokard dan ST depresi menunjukkan adanya iskemik miokard.27
f.        Gelombang T
       Gambaran yang ditimbulkan oleh repolarisasi ventrikel. Nilai normalnya yaitu: < 1 MV di lead dada,< 0,5 MV di lead ekstremitas, minimal ada 0,1 MV. Kepentingannya mengetahui adanya iskemia/infark, kelainan elektrolit.26
g.       Interval QT
       Interval QT merupakan garis horizontal yang diawali dari gelombang Q sampai akhir gelombang T. Merupakan waktu yang diperlukan ventrikel dari awal terjadinya depolarisasi sampai akhir repolarisasi. Interval QT panjangnya bervariasi bergantung pada  frekuensi jantung (heart rate, HR). Perhitungan akurat dari QTc( QT correction) ini dapat dibantu dengan menggunakan alat nomogram atau dengan formulasi sebagai berikut. 26
QTc= QT/  (jarak R-R) ½
       Batas normal interval QT pada laki-laki berkisar antara 0,42-0,44 detik, dan pada wanita berkisar antara 0,43-0,47 detik. Interval QT yang abnormal.27
h.       Gelombang U
      Merupakan repolarisasi lambat sistem konduksi interventrikuler, timbul setelah gelombang T dan sebelum gelombang P berikutnya.27



4.       Sandapan Pada EKG
       Fungsi sandapan EKG adalah untuk menghasilkan sudut pandang yang jelas terhadap jantung. Selain itu sandapan ini diibaratkan dengan banyaknya mata yang mengamati jantung dari berbagai arah. Semakin banyak sudut pandang, maka semakin sempurna pengamatan terhadap kerusakan bagian-bagian jantung.26
       Sandapan pada mesin EKG secara garis besar terbagi menjadi dua 26,27
a.    Sandapan bipolar (I,II,III)
       Sandapan ini merekam dua kutub listrik yang berbeda, yaitu kutub (+) dan kutub negatif  (-). Masing-masing elektroda dipasang di kedua tangan dan kaki. Sandapan ini dinamakan bipolar karena merekam perbedaan potensial dari dua elektroda. Sandapan ini memandang jantung secara arah vertikal (ke atas-bawah, dan ke samping). Sandapan-sandapan bipolar dihasilkan dari gaya-gaya listrik yang diteruskan dari jantung melalui empat kabel elektrode yang diletakkan di kedua tangan dan kaki. Masing-masing LA (left arm), RA (right arm), LF (left foot) dan RF (right foot). Dari empat kabel elektrode ini akan dihasilkan beberapa sudut atau sandapan sebagai berikut:
1). Sandapan I. Sandapan I dihasilkan dari perbedaan potensial listrik antara Ra yang dibuat bermuatan (-) dan LA yang dibuat bermuatan (+) sehingga arah listrik jantung bergerak di sudut 00 (sudutnya ke arah lateral kiri). Maka, bagian lateral jantung dapat dilihat oleh sandapan I.
2).  Sandapan II. Sandapan II dihasilkan dari perbedaan antara RA yang dibuat bermuatan (-) dan LF yang dibuat bermuatan(+) sehingga arah listrik bergerak sebesar 600(sudutnya ke arah inferior). Maka, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sandapan II.
3).   Sandapan III. Sandapan III dihasilkan dari perbedaan antara LA yang dibuat bermuatan(-) dan RF yang dibuat bermuatan (+) sehingga listrik bergerak sebesar +1200(sudutnya ke arah inferior). Maka, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sandapan III.
 





Gambar 2.5
Sandapan bipolar ekstremitas
Sumber: Sundana27

b. Sandapan Unipolar
       Sandapan ini merekam satu kutub positif dan yang lainnya dibuat indifferent. Sandapan ini terbagi menjadi sandapan unipolar ekstremitas dan unipolar prekordial. Lebih lanjut, untuk mengetahui bagaimana sandapan EKG menghasilkan sudut pandang terhadap jantung.
1)  Unipolar ekstremitas
      Sandapan unipolar ekstremitas merekam besar potensial listrik pada satu ekstremitas. Gabungan elektroda pada ekstremitas lain membentuk elektrode indifferent (potensial 0). Sandapan ini diletakkan pada kedua tangan dan kaki dengan menggunakan kabel seperti digunakan pada sandapan bipolar. Vektor dari sandapan unipolar akan menghasilkan sudut pandang terhadap jantung dalam arah vertikal.
a). Sandapan aVL. Sandapan aVL dihasilkan dari perbedaan antara muatan LA yang dibuat bermuatan (+) dengan RA dan LF yang dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah -300(sudutnya ke arah lateral kiri). Maka, bagian lateral jantung dapat dilihat juga oleh sandapan aVL.
b). Sandapan aVF. Sandapan aVF dihasilkan dari perbedaan antara muatan LF yang dibuat bermuatan (+) dengan RA dan LF dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah +900 (tepat ke arah inferior). Maka, bagian inferior jantung selain sandapan II dan III dapat juga dilihat oleh sandapan aVF.
c). Sandapan aVR. Sandapan aVR dihasilkan dari perbedaan antar muatan RA yang dibuat bermuatan(+) dengan LA dan LF dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah berlawanan dengan arah listrik jantung -1500(arah kanan ekstrem).
2)  Unipolar prekordial
       Sandapan unipolar prekordial merekam besar potensial listrik dengan elektrode eksplorasi diletakkan pada dinding dada. Elektrode indifferent (potensial 0) diperoleh dari penggabungan ketiga elektrode ekstremitas. Sandapan ini memandang jantung secara horizontal (jantung bagian septal, lateral, anterior, posterior serta ventrikel sebelah kanan).
      Unipolar prekordial, sudut pandang jantung dapat diperluas ke daerah posterior dan ventrikel kanan. Posterior dapat ditambahkan dengan merekam V7, V8 dan V9, dan untuk ventrikel kanan dapat dilengkapi V1R, V2R, V3R, V4R, V5R, V7R, V8R dan V9R. Penempatan dilakukan berdasarkan pada urutan kabel-kabel yang terdapat pada mesin EKG yang dimulai dari nomor C1-C6. Walaupun mesin hanya menyediakan 6 elektrode prekordial, untuk penambahan bagian-bagian pada V7-V9 dan V1R-V9R dapat digunakan elektrode prekordial manapun sesuai keinginan pemeriksa, hanya nomor-nomornya diubah secara manual pada kertas hasil rekaman dengan menggunakan bolpoin atau tinta. Penentuan letak disesuaikan dengan urutan sebagai berikut:
V1: ruang interkostal IV pada garis sternal kanan.
V2: ruang interkostal IV pada garis sternal kiri
V3: pertengahan antara V2 dan V4
V4: ruang interkostal V pada garis midklavikula kiri
V5: sejajar V4 garis aksila depan
V6: sejajar V4 garis mid aksila kiri
       Sebelum menambah bagian posterior (V7-V9) semua sandapan prekordial dari V1-V6 dilepas terlebih dahulu dari dinding dada. Selanjutnya, untuk sandapan V7-V9 dapat digunakan sandapan prekordial manapun (elektrode prekordial V1-V3 atau V3-V6 sesuai keinginan).
V7: ruang interkostal V pada garis aksila posterior kiri
V8 : ruang interkostal V pada garis skapula posterior kiri
V9: ruang interkostal V di samping kiri tulang belakang
       Untuk perekaman pada daerah kanan,V1R diletakkan seperti V1, sedangkan V2R diletakkan seperti V2.
V3R : antara V1-V4R
V4R: ruang interkostal ke-5 pada garis midklavikula kanan
V5R: ruang interkostal ke-5 antara V4R-V5R.   
V6R: ICS ke-5 garis mid aksila kanan
V1R dan V2R sama dengan sandapan V1 dan V2. Jadi, tidak perlu perekaman kembali.
      Oleh karena sandapan prekordial memandang jantung secara horizontal, dapat diambil sudut pandang sebagai berikut:
V1-V2 : septal
V3-V4 : anterior
V5-V6 : lateral
V1-V4 : anterior karena bagian V1-V2 yang merupakan septum masih berada di anterior jantung.

5.   EKG normal
       Banyak variasi mengenai EKG normal. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah habitus tubuh, ukuran dada, sumbu listrik jantung dan keadaan lain seperti obesitas dan penyakit paru. Kriteria yang dipakai di bawah ini hanyalah sebagai pegangan, namun diagnosis akhir apakah jantung normal atau abnormal harus dibuat bedasarkan gambaran klinis secara keseluruhan.27
a.   Kriteria:26
Gelombang P. Positif (ke atas) di sandapan I, II, aVF dan V3-V6. Di Sandapan aVR gelombang P selalu negatif (terbalik). Sedang di sandapan II, aVL, V1 dan V2 gelombang P sangat bervariasi. Kejadian ini disebabkan oleh karena pada jantung normal, pusat pacu jantung berada di nodus SA (terletak di atrium kanan,dekat muara vena kava superior). Impuls listrik jantung akan menyebar ke atrium.  
       Vektor gelombang P normal akan mengarah ke kiri bawah depan dengan akibat bentuk gelombang P seperti di atas. Gelombang P dengan sifat-sifat di atas, dengan laju antara 60-100 kali permenit dinamakan irama sinus, oleh karena irama ini berasal dari nodus sinus. Pada keadaan normal (tanpa gangguan konduksi di nodus AV) maka setiap gelombang P akan diikuti gelombang QRS. Interval PR berkisar antara 0,11 sampai 0,20 detik. Irama sinus sendiri dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan konduksi di nodus AV.
Gelombang Q. Gelombang Q kecil (kurang dari 0,045 detik,kurang dari ¼ gelombang R) normal terlihat di I, V5 atau V6. Terjadinya gelombang Q ini akibat aktifitas septal. Vektor awal kompleks QRS ke arah kanan atas dan muka. Oleh karena itu, gelombang Q kecil atau bahkan kadang-kadang tak terlihat di sandapan II, aVF dan V3. Di sandapan III dan aVL terlihat kecil atau bahkan kadang-kadang tak terlihat dan kadang-kadang terlihat cukup bermakna. Di aVR, gelombang Q justru terlihat nyata tetapi tidak punya arti apa-apa.
Gelombang R. Tergantung dari sumbu  QRS. Biasanya sangat dominan di I dan II, V5 dan V6. Di sandapan aVR, V1 dan V2 biasanya hanya kecil atau tidak ada sama sekali.
Gelombang S. Tidak terlihat atau kurang dibanding gelombang R di sandapan I atau II. Tetapi di sandapan III, aVF dan aVL biasanya lebih menonjol atau justru tidak terlihat. Di sandapan aVR, V1 atau V2, gelombang S terlihat lebih menonjol.
Gelombang T. Positif di sandapan I,II,V3-V6. Dan terbalik di aVR. Di sandapan III, aVF, aVL, V1 dan V2, gelombang T bervariasi.
Interval QT. Interval ini akan memendek bila laju jantung bertambah cepat, sebaliknya akan memanjang bila laju jantung lambat (interval QT 0,41 detik pada laju jantung 50/menit, dan berubah menjadi 0,31 detik pada laju jantung 100/menit).
Segmen ST. Biasanya isoelektris. Bervariasi sampai +1mm di sandapan ekstremitas dan sampai 2 mm (0,2 mV) di sandapan prekordial.
Gambar 2.6
 EKG normal
Sumber: Sundana27

Rabu, 25 Maret 2015

pengkajian keluarga binaan



PENGKAJIAN KELUARGA BINAAN
Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. S
Dusun I Desa Muara Penimbung Ulu
Kecamatan Inderalaya Kabupaten Ogan Ilir 

I.        PENGKAJIAN UMUM
Pengkajian Keluarga ( 24,25,29 Maret 2014 )
A.      Data Umum
1.   Nama kepala Keluarga ( KK )      : Tn S
2.   Usia                                               : 55tahun
3.   Pendidikan                                    : SMA
4.   Pekerjaan                                      : Tani
5.   Alamat                                          : Dusun I  Desa Muara Penimbung Ulu
6.   Komposisi Keluarga                     :
No
Nama
Jenis Kelamin
Hubungan
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Keterangan
1
Ny. N
P
KK
52 th
SD
-
Sehat
2
Ny. S
P
Ibu
87 th
SD
Ibu rumah tangga
Gastritis, Hipertensi, Tuli

7.   Genogram
Pihak Ayah                                                                            Pihak Ibu


                                         
    
   
    
    
 








 Keterangan :
                          : Laki laki
                          : Perempuan


                           : Meninggal
                           : Hubungan dengan keluarga
                           : Tinggal serumah

8.       Tipe Keluarga
Tipe keluarga Ny. N  adalah keluarga orangtua tunggal yang hanya terdiri dari ibu dan satu orang anak. Ny. N merupakan anak dari Ny. S, dimana suami Ny. S sudah meninggal dan suami Ny. N pun sudah meninggal. Ny. S sudah berusia lanjut sehingga Ny. N mengambil alih menjadi kepala keluarga.

9.        Suku dan bangsa  
Ny. N dan Ny. S  berasal dari suku Pegagan. Sehari-hari Ny. N berkomunikasi menggunakan bahasa Pegagan dengan masyarakat sekitar.

10.    Agama
Keluarga Ny. N menganut agama Islam. Keluarga Ny. N  rajin melakukan sholat lima waktu, dan beribadah sesuai tuntunan agama Islam.

11.    Status Ekonomi Keluarga
Ny. N dan Ny. S tidak bekerja, dikarenakan Ny. S sudah lanjut usia dan Ny. N harus mengurus Ny. S di rumah. Namun perekonomian keluarga didapat dari anak Ny. S yang telah bekerja sebagai pegawai swasta yang rutin mengirim uang setiap bulan kurang lebih Rp. 1.000.000/ bulan. Keluarga mengganggap penghasilan ini sudah cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, karena tidak ada lagi yang perlu dibiayai selain biaya berobat dan makan sehari hari.

12.    Aktivitas rekreasi keluarga
Aktivitas rekreasi keluarga Ny. N hanya sebatas mengobrol dengan  tetangga ataupun keluarga di sekitar rumah. Serta menghabiskan waktu senggang dengan menonton televisi di rumah.

13.    Kesimpulan poin 10-12
Keluarga Ny. N termasuk dalam tingkat keluarga sejahtera tahap 1. Hal tersebut dikarenakan keluarga telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya yaitu kebutuhan pendidikan, interaksi dalam keluarga, dan interaksi dengan lingkungan tempat tinggal. Yang ditandai dengan :
·         Melaksanakan ibadah menurut agama masing-masing yang dianut
·         Makan sedikit tapi sering
·         Lantai rumah bukan dari tanah
·         Anggota yang sakit dibawa ke dokter terdekat.

B.  Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1.       Tahap perkembangan keluarga saat ini
Pada saat ini keluarga Ny. N  sedang berada pada tahap keluarga lansia, dengan tugas perkembangan sebagai berikut:
a.        Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
b.       Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
c.        Mempertahankan hubungan perkawinan
d.       Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
e.        Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
f.        Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka.

2.       Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
   Menurunya fungsi dan kekuatan fisik lansia, serta kesepian menjadi masalah pada lansia sehingga sulit untuk mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.

3.       Riwayat keluarga inti
Menurut Ny. N dalam keluarga Ny. N tidak ada yang menderita penyakit keturunan, seperti  hipertensi, diabetes militus, atau penyakit jantung, dikarenakan tidak adanya pemeriksaan kesehatan pada garis keturunan keluarga terdahulu. Namun penyakit yang selama ini dirasakan anggota keluarga yaitu Ny. S seperti nyeri ulu hati (gastritis) dan hipertensi. Untuk Ny. N sendiri mengatakan tidak mengalami keluhan terhadap kesehatan fisik. Untuk mengatasi masalah keehatan yang ada dalam keluarga, Ny. N memanfaatkan fasilitas kesehatan dari praktek dokter Tubing yang berada tidak jauh dari kediamannya dan Ny. N selalu konsultasi kesehatan ke dokter setiap obat Ny. S habis dikonsumsi.

4.       Riwayat keluarga sebelumnya
a.    Riwayat hubungan keluarga
Ny. N berasal dari 8 bersaudara, dimana 7 dari 8 saudaranya sudah berstatus menikah. Sedangkan Ny. N sendiri sudah menikah dan memiliki satu anak tetapi suami dan anak Ny. N telah meninggal dunia. Namun hubungan antar keluarga terbina dengan baik, kalau ada waktu mereka menyempatkan diri untuk saling berkomunikasi.
b.   Konflik antar keluarga pasangan
Konflik antara keluarga jarang terjadi, karena Ny. N dan Ny. S hanya tinggal berdua dan sulit untuk berkomunikasi dikarenakan Ny. S menderita tuli, sehingga keputusan diambil oleh Ny. N.

C.  Lingkungan
1.       Karakteristik Rumah
·         Luas rumah yang ditempati: 12 x 7 m².
·         Jumlah ruangan dan kamar: 1 Ruangan yang multi fungsi yang sering digunakan untuk menonton dan kumpul dengan keluarga, 1 kamar tidur tetapi tidak digunakan, 1 dapur dan 1 kamar mandi.
·         Ventilasi dan pencahayaan: terdapat 4 jendela di ruang tamu dan 2 jendela kecil di ruang dapur. Penerangan kurang baik karena tidak terdapat ventilasi di ruang tamu, dan tidak semua jendela dibuka pada siang hari, sehingga cahaya rumah dan sirkulasi udara kurang baik.
·         Sumber air: Air sungai digunakan untuk kebutuhan mandi dan mencuci, sedangkan air sumur digunakan untuk memasak maupun minum.
·         Lantai rumah: terbuat dari kayu.
·         Kondisi rumah: rumah panggung, dinding dan lantai terbuat dari kayu, sedangkan atap rumah terbuat dari genteng.

2.       Denah rumah

            RUANG DEPAN

jendela
jendela
jendela
jendela


 


















3.       Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Keluarga Ny. N tidak mempunyai masalah dalam bersosialisasi dengan tetangga dan dapat dikatakan hubungan dengan tetangga sangat baik dan saling berinteraksi.
Keluarga Ny. N tinggal di pinggir jalan dusun dengan jarak rumah  tetangga dari satu rumah ke rumah lain berdekatan. Fasilitas kesehatan terdekat dari pemukiman adalah bidan desa. Sedangkan puskesmas dan praktek dokter berada jauh dari dusun VI Desa Muara Penimbung.
4.       Mobilitas geografi dan keluarga
   Ny. N pernah bertempat tinggal di Lubuk Linggau selama memiliki suami, namun semenjak suami dan anak meninggal dia berpindah tempat dan menetap di rumah Ny. S. Ny. S sendiri sudah tinggal di rumah yang saat ini ditempatinya sejak dulu karena rumah tersebut merupakan rumah peninggalan keluarga terdahulu, sehingga Ny. S tidak pernah berpindah tempat.

5.       Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Ny. N rajin mengikuti kegiatan di masyarakat, misalnya pengajian ataupun hajatan, tetapi jika Ny. S sakit Ny. N tidak dapat mengikuti kegiatan tersebut. Sedangkan Ny. S tidak dapat aktif mengikuti kegiatan di masyarakat dikarenakan menurunnya kekuatan fisik dan penyakit yang diderita.

6.       Sistem pendukung keluarga
   Sistem pendukung keluarga adalah Ny. N (kepala keluarga) sebagai pengambil keputusan akan masalah yanga ada di keluarganya. Bila ada masalah dalam keluarga Ny. N dapat memutuskan pemecahan masalah sendiri dikarenakan Ny. S sulit untuk diajak berkomunikasi.

D.  Struktur Keluarga
1.       Pola komunikasi keluarga
Ny. N mengatakan antara Ny. N dan Ny. S jarang berkomunikasi dikarenakan tuli yang diderita Ny. S, sehingga Ny. N berperan besar untuk mengambil keputusan.

2.       Struktur kekuatan keluarga
Ny. N mengatakan pemegang keputusan adalah dia sendiri dengan mempertimbangan kebutuhan dari Ny. S, namun begitu Ny. N juga tidak jarang meminta pendapat solusi masalah dengan saudara lain yang tidak tinggal serumah untuk mempertimbangkan keputusan yang akan dia ambil.
3.       Struktur peran
Ny. N sebagai kepala keluarga dan mengatur perekonomian keluarga. Ia yang mengatur dan juga memenuhi kebutuhan keluarga, baik kebutuhan ekonomi, kesehatan maupun perawatan keluarga. Ny. S hanya tinggal di rumah dikarenakan menurunnya kekuatan fisik.

4.       Nilai dan norma budaya
Keluarga Ny. N menerapkan aturan-aturan yang disesuaikan dengan ajaran agama yang dianut dan norma yang berlaku di masyarakat tempat tinggalnya.

E.  Fungsi Keluarga
1.       Fungsi ekonomi
Ny. N dan Ny. S tidak lagi bekerja. Namun perekonomian keluarga didapat dari anak Ny. S yang telah bekerja sebagai pegawai swasta yang rutin mengirim uang setiap bulannya kurang lebih Rp. 1.000.000/ bulan. Namun begitu pengeluaran keluarga Ny. N dapat dikatakan sedikit yaitu kurang lebih Rp. 500.000, sehingga keluarga mengganggap uang pemasukan ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

2.       Fungsi mendapatkan status sosial
Saat ini Ny. N dianggap oleh tetangga sekitar  tetangga yang ramah, karena Ny. N sering berkumpul dengan tetangga sekitar dan mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat. Tetapi tidak jarang Ny. N tidak mengikuti perkumpulan  di masyarakat dikarenakan menjaga Ny.S jika Ny. S menderita sakit. Selebihnya Ny. N dikenal mau diajak berkumpul dan ramah pada tetangga.

3.       Fungsi sosialisasi
Ny. N mengatakan keluarga mempunyai hubungan yang baik dengan warga yang ada di dusun VI Desa Muara Penimbung.

4.       Fungsi pendidikan
Keluarga Ny. N dilahirkan pada dahulu yang belum mengenal pentingnya pendidikan, sehingga Ny. N maupun Ny. S hanya mengecap sampai pendidikan sekolah dasar sederajat.

5.       Fungsi afektif
Meskipun salah satu anggota keluarga Ny. N menderita tuli, mereka saling menyayangi satu sama lain. Jika ada yang sakit atau mengalami kesusahan  maka akan saling membantu. Saat Ny. S menderita sakit Ny. N selalu merawat dan memenuhi kebutuhan kesehatan dari Ny. S tersebut.

6.       Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan
a.   Mengenal masalah kesehatan
Keluarga sangat kurang pengetahuan tentang kesehatan. Keluarga kurang memperhatikan pencahayaan dalam rumah, dan Ny. N kurang memahami obat obatan tradisional untuk mengatasi masalah kesehatan, sehingga penyakit maag Ny. S sering kambuh.
b.   Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Dalam mengambil keputusan tindakan kesehatan Ny. N menbicarakannya dengan Ny. S. Dalam menghadapi masalah kesehatan, keluarga menyerahkannya kepada dokter praktek yang sudah sering menangani penyakit yang diderita Ny. S.
c.   Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga cukup memperhatikan masalah kesehatan yang   dihadapi oleh anggota keluarga. Keluarga pun memahami kalau ada anggota keluarga yang sakit, maka segera mereka bawa ke  dokter praktek yang sudah terbiasa menangani masalah kesehatan keluarga tersebut.
d.   Kemampuan keluarga memelihara/ memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
Keluarga menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, mandi serta untuk BAB dan BAK. Namun untuk minum dan memasak keluarga menggunakan sumber air sumur. WC yang digunakan keluarga adalah WC yang berada disungai, namun untuk Ny. S menggunakan WC yang berada di dalam rumah. Pencahayaan di dalam rumah kurang baik dikarenakan tidak adanya ventilasi di dalam rumah dan jendela jarang dibuka.
e.   Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
Keluarga sudah menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan, dapat dilihat tiap bulannya keluarga rutin mengontrol kesehatan ke tenaga kesehatan yang dipercaya.

7.       Fungsi religius
Keluarga Ny. N sering melakukan sholat lima waktu, namun tidak berjamaah. Ny. N sering mengikuti kegiatan keagamaan yang rutin dilaksanakan di dusun VI Desa Muara Penimbung.

8.       Fungsi rekreasi
Keluarga Ny. N tidak ada jadwal atau rencana khusus untuk berekreasi karena menurunnya kekuatan fisik Ny. S. Kegiatan rekreasi keluarga hanya sebatas serta menonton televisi dan mengobrol dengan tetangga sekitar rumah.

9.       Fungsi reproduksi
Keluarga Ny. N memiliki 1 anak laki-laki tetapi telah meninggal, sedangkan Ny. S memiliki 8 anak yaitu 4 perempuan dan 4 laki-laki, dimana anak Ny. S salah satunya adalah Ny. N.

F.   Stress dan Koping Keluarga
1.       Stressor jangka pendek
Ny. N mengatakan Ny. S menderita penyakit maag, hipertensi dan tuli, tetapi Ny. N berharap tidak ada lagi penyakit yang timbul dan kambuh pada anggota keluarganya.

2.       Stressor jangka panjang
Ny. N mengatakan ingin kehidupan yang lebih baik lagi dan tidak dalam keadaan kekurangan, baik kekurangan dalam memenuhi perekonomian keluarga maupun dalam memenuhi kebutuhan biaya kesehatan.

3.       Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Jika ada masalah dalam keluarga, keluarga selalu berusaha untuk mengatasinya. Ny. N akan dapat memutuskan untuk menyelesaikan masalah.

4.       Strategi koping yang digunakan
Keluarga berusaha menerima cobaan dengan berlapang dada dan tidak terlalu memikirkan masalah yang ada, serta berusaha untuk menyelesaikannya.

5.       Strategi adaptasi disfungsional
Dari pengkajian tidak didapatkan adanya cara-cara keluarga mengatasi masalah kesehatan secara maladaptif.

G. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik
Ny. N
Ny. S
Tekanan darah
120/ 70 mmHg
140/ 80 mmhg
Nadi
81 x / menit
69 x / menit
Suhu
36,4 º C
36,5 º C
BB
37,5 kg
56 kg
Rambut
Hitam sedikit beruban, Ikal, bersih
Beruban, berketombe
Kulit
Warna kulit sawomateng, Turgor kulit baik.
Warna kulit sawomateng, Turgor kulit baik, kulit kering.
Mata
Simetris, konjungtiva terkadang anemis, skelra tidak ikterik, penglihatan baik
Simetris, konjungtiva tidak anemis, skelra tidak ikterik, penglihatan baik
Hidung
Bersih, fungsi penghirup baik
Bersih, fungsi penghirup baik
Mulut & tenggorokan
Bersih, tidak berbau, tidak ada nyeri telan
Bersih, sedikit berbau, gigi bersih, tidak ada nyeri telan
Telinga
Simetris, pendengaran baik, tidak menggunakan alat bantu, tidak ada serumen
Tuli, tidak menggunakan alat bantu.
Perut
Tidak kembung, tidak ada nyeri tekan.
Nyeri perut di sebelah kanan.


H.  Harapan Keluarga
Ny. N mengaku berharap penyakit Ny. S dapat selalu terkontrol dan tidak timbul penyakit-penyakit lain.  Selain itu Ny. N juga berharap dia tetap sehat agar dapat selalu menjaga dan merawat Ny. S, serta berharap ekonomi dapat bertambah lagi dari yang sekarang, namun mereka tetap bersyukur dengan ekonomi saat ini hanya saja dapat lebih meningkat mungkin keluarganya akan merasa lebih senang.
Dengan adanya petugas kesehatan yang berkunjung kekeluarga mengharapkan agar petugas kesehatan bisa memberikan pengetahuan kepada keluarga khususnya dan kepada masyarakat Dusun VI Desa Muara Penimbung pada umumnya melalui penyuluhan-penyuluhan  agar mereka bisa tetap hidup sehat. Serta didukung dengan pemeriksaan kesehatan oleh petugas kesehatan yang ada.



II.      DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
A.  Analisa Data Dan Sintesa Data Serta Perumusan Diagnosa Keperawatan

Data
Masalah Keperawatan
Penyebab
DS:
·     Ny. N mengatakan  Ny. S sedang mengidap penyakit maag dan nyeri di perut sebelah kanan.
·     Ny. M mengatakan Ny. S sering tidak nafsu makan.
·     Ny. M mengatakan Ny. S sering mengalami nyeri perut sebelah kanan jika terlambat makan.
·     Ny. M mengatakan Ny. S tidak bisa beraktivitas jika nyeri perutnya sedang ia rasakan.
·     Ny. M  mengatakan Ny. S makan terlalu sedikit.

DO:
·     Ny. S menekan perut sebelah kanan
·     Ny. S   nyeri ulu hati
    BB: 56 kg; TB: 152 cm

Serangan berulang

Ketidakmampuan keluarga memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga dengan gastritis (Ny. S)
DS:
·     Keluarga mengatakan belum mengerti tentang penyebab injuri
·     Keluarga mengatakan belum mengetahui tentang akibat dari injuri
·     Ny. N mengatakan Ny. S sering pusing dan tengkuk terasa berat
·     Keluarga mengatakan tidak tahu cara memodifikasi lingkungan agar tidak terjadi injuri

DO:
·     Kamar gelap dan pengap
·     Penataan perabotan

Resiko injuri

Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk mencegah terjadinya injuri pada penderita hipertensi
DS:
·     Keluarga mengatakan sumber air untuk mandi, mencuci, BAK dan BAB berasal dari sumber air sungai.
DO:
·     Jamban keluarga tidak memenuhi syarat kesehatan, keluarga menggunakan wc cemplung yang berada di sungai.
·     Sumber air tidak memenuhi syarat kesehatan yang digunakan keluarga berasal dari sungai kriteria air tersebut berasa, berbau, berwarna dan terdapat pengendapan
·     Tempat pembuangan sampah dan air limbah keluarga yang tidak efektif.

Sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan


Kurang pengetahuan dan kepedulian keluarga tentang sanitasi lingkungan



B.  Penilaian (Skoring) diagnosa keperawatan

PEMBOBOTAN MASALAH
”SKORING”

a.     Serangan berulang
No
Kriteria
Perhitungan
Skor
Pembenaran
1
Sifat masalah :
Ancaman kesehatan
3/3 x 1
1
Masalah (maag) sedang terjadi, dan sering berulang. Bila tidak diatasi, maka dapat mengakibatkan gangguan saluran cerna.
2
Kemungkinan masalah dapat diubah :
sebagian
1/2 x 2
1
Masalah untuk diubah adalah sebagian karena tersedianya sarana kesehatan yang mudah dijangkau oleh keluarga.


3
Potensial masalah untuk dicegah :
Cukup
2/3 x 1
2/3
Masalah dapat dicegah asalkan keluarga mampu memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi Ny. S
4
Menonjolnya masalah :
Masalah tidak dirasakan
1/2 x 1
1/2
Keluarga tidak segera mengatasi masalah  mengenai kekambuhan maag pada Ny. S, karena nyeri terjadi pada malam  hari.
Total skore
3 1/6

b.     Resiko injuri
No
Kriteria
Perhitungan
Skor
Pembenaran
1
Sifat masalah :
Ancaman kesehatan
2/3 x 1
2/3
Perlu adanya penatalaksanaan
2
Kemungkinan masalah dapat diubah :
Sebagian
1/2 x 2
1
Dengan tersedianya sumber daya keluarga dapat dilakukan intervensi perawatan
3
Potensial masalah untuk dicegah :
Tinggi
3/3 x 1
1
Masalah untuk dicegah kemungkinan dapat dilakukan dengam intervensi perawatan dan perhatian keluarga
4
Menonjolnya masalah :
Masalah tidak dirasakan
0/2 x 1
0
Keluarga tidak merasakan adanya masalah terhadap injuri
Total skor
2 2/3
c.      Sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan
No
Kriteria
Perhitungan
Skor
Pembenaran
1
Sifat Masalah : Ancaman kesehatan
2/3 x 1
2/3
Masalah merupakan ancaman kesehatan karena apabila tidak diatasi dengan segera dapat menimbulkan masalah kesehatan yang baru

2
Kemungkinan Masalah dapat Diubah : Mudah
2/2 x 2
1
Masalah yang dihadapi keluarga dapat diubah dengan pemberian informasi pada keluarga tentang pentingnya kesehatan lingkungan

3
Potensial masalah untuk dicegah : Tinggi
3/3 x 1
1
Potensi masalah untuk dicegah sangat tinggi, dikarenakan tingkat penghasilan keluarga dinilai cukup tinggi dan mampu menunjang untuk memodifikasi lingkungan rumah
4
Menonjolnya Masalah : Masalah tidak dirasakan
0/2 x 1
0
Penonjolan masalah tidak dirasakan dikarenakan keluarga belum menyadari
dampak negatif yang diakibatkan oleh buruknya sanitasi lingkungan


Total Skor

2 2/3



PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
Prioritas
Diagnosa Keperawatan
Skor
1
Serangan berulang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga dengan gastritis (Ny. S)
3 1/6
2
Resiko injuri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk mencegah terjadinya injuri pada penderita hipertensi (Ny. S)
2 2/3
3
Sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan
berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kepedulian keluarga tentang sanitasi lingkungan. (keluarga Ny. N)

2 2/3