EVIDENCE BASED PRACTICE
PERAWATAN
PERINEUM (CARE OF PERINEUM)
Perawatan perineum salah-satunya
adalah pencegahan robekan pada daerah
perineum dan infeksi. Perawatan perineum sangat penting untuk membuat pasien
nyaman. Sekitar 85 % wanita yang melahirkan pervaginan mengalami trauma
perineum. Robekan derajat tiga memerlukan jahitan pada wanita di USA dan UK, dengan robekan pada spinter
anus sekitar 0,5 – 7 % pada wanita. Trauma perineum mengakibatkan masalah fisik
dan psikologis dalam jangka waktu yang lama.1
Dalam praktik kebidanan, perawatan perineum selama dan pada saat
persalinan memiliki beberapa perubahan selama 20 tahun. Praktik- praktik rutin
sebelumnya sekarang dilakulan penelitian dan ditetapkan praktik- praktik
terbaik yang mempertimbangkan pada wanita2. Trauma pada alat genital
dapat menyebabkan masalah- masalah dalam jangka waktu yang pendek dan dalam
waktu yang lama. Angka kesakitan pada saat postpartum dihubungkan dengan adanya
trauma pada genital. Masalah jangka pendek (segera setelah persalinan)
menyebabkan banyak kehilangan darah, membutuhkan penjahitan dan nyeri.
Nyeri mengganggu kebanyakan wanita. Pada saat 8 minggu setelah
persalinan, 22 % ibu baru dilaporkan memiliki nyeri perineum dan beberapa
wanita mengalami nyeri yang menetap selama 1 tahun atau dalam jangka waktu yang
lama. Laserasi genital selama persalinan
membuat otot dasar panggul menjadi lemah.Termasuk adanya masalah pada, BAB,BAK
dan fungsi seksual setelah persalinan.Ditemukan pencegahan terhadap trauma yg menguntungkan.
Ini juga mengurangi penggunaan obat selama perawatan
perineum postpartum, penjahitan, pengobatan dan kunjungan ke fasilitas
kesehatan. 3
Bidan menggunakan variasi tehnik tangan pada persalinan kala dua, dimana
praktiknya di dalam dan di luar rumah sakit, dan percaya cara ini dapat mengurangi
trauma alat genital selama persalinan pervaginam. Pilihan dalam manuver tangan adalah keputusan
klinik pada setiap persalinan, dan dari
data pasien, anjuran klinik, dan kebijakan institusional. 3
A. EPISIOTOMI DAN LEGALITASNYA
"Melahirkan normal adalah seorang
tanpa induksi, tanpa penggunaan instrumen,
tidak melalui operasi caesar dan tanpa anastesi umum, tulang belakang atau anestesi epidural sebelum atau
selama persalinan. Dikecualikan
adalah setiap prosedur
lain tidak berhubungan dengan sebuah persalinan
tanpa bantuan kecuali memperbaiki robekan.
*Mulai persalinan
tanpa induksi.
* Tidak ada anestesi (umum,
spinal atau epidural),
* Bukan persalinan caesar (direncanakan atau
darurat)
* Bukan persalinan instrumental
(forceps atau ventouse
/ vakum),
* Tidak dengan episiotomi. 4
Berdasarkan bukti dan praktik berbasis
penelitian, sehingga di Inggris pada 1970-an
episiotomi hampir menjadi praktek wajib dalam kelahiran di rumah sakit,
terutama bagi perempuan nulipara. Bidan selalu punya beberapa syarat tentang
penggunaannya dalam kelahiran normal, tetapi budaya yang berlaku pada waktu itu
untuk mematuhi panduan obstetri. 4
Carroli dan (2006) belizan's review Cochrane menyimpulkan bahwa tingkat
hasil dalam waktu yang terbatas mengurangi trauma perineum posterior dan
mengurangi penjahitan, menunjukkan bahwa praktisi hanya menambah trauma
perineal dengan melakukan episiotomies. kepercayaan tradisional bahwa itu akan
melindungi terhadap anal sphincter tidak terbukti, dengan penelitian baru
menunjukkan bahwa episiotomi menyebabkan robekan derajat ketiga dan keempat (al Dipiazzaet
2006, Williams 2003, Richter et al.. 2002). 4
Episiotomi adalah pembedahan pada orifisium vagina dan insisi pada
perineum pada saat akhir kala 2 pada persalinan. Prosedur ini dilakukan dengan
gunting dan diperbaiki dengan jahitan.5 Indikasi untuk episiotomi adalah persalinan
dengan forsep dan vacuum, prematur, sungsang, diprediksi macrosomia dan
diprediksi akan robek. Pembatasan episiotomi menunjukkan rendahnya rendahnya angka
kesakitan dari trauma perineum posterior, kebutuhan trauma karena jahitan dan
penyembuhan selama 7 hari. 5
Indikasi episiotomi yaitu indikasi mutlak dan indikasi relatif.
Indikasi mutlaknya yaitu memudahkan persalinan pada gawat janin. Sedangkan indikasi relatifnya yaitu: perineum kaku
dapat menyebabkan kala2 lama, pencegahan trauma perineum dihubungkan dengna
riwayat pembedahan dasar panggul atau fistula pada kasus perineum pendek,
mengurangi kejadian pada ibu seperti penyakit jantung, epilepsi atau
hipertensi, memfasilitasi persalinan yang aman seperti distosia bahu memberikan
ruangan untuk manuver membantu persalinan. Persalinan pervaginam dengan
tindakan berdasarkan keputusan klinik.6
Episiotomi rutin mengakibatkan laserasi dari anterior atau labia serta
membutuhkan jahitan. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa kelompok tanpa
episiotomi 33 % tidak mengalami laserasi pada perineum poterior dibandingkan
dengan episiotomi yang hanya 24,3 %. 7 alasan dilakukan episiotomi
bervariasi termasuk untuk mencegah beberapa robekan perineum untuk pemeliharaan
dasar panggul dan perineum serta untuk meningkatkan diameter luas vagina untuk
memfasilitasi persalinan dan memudahkan perjahitan serta proses penyembuhan.
Berkaitan dengan episiotomi dapat memperluas insisi, tidak nyaman pada
peyembuhan anatomis, lebih nyeri, edema dan komplikasi lainnya seperti
perdarahan, hematoma, infeksi dan abses.8
Episiotomi meningkatkan kehilangan darah dan pemeliharaan Perdarahan
postpartum. Ini dihubungkan dengan meningkatnya laserasi derajat tiga dan yang
menyebabkan nyeri dibandingkan robekan spontan. Tidak ada bukti yang ditemukan
bahwa episiotomi penjahitannya lebih mudah dibandingkan robekan spontan tetapi
membutuhkan waktu untuk menjahit, material serta meningkatkan biaya. Beberapa
studi menunjukkan kerusakan sphinter. Pengurangan episiotomi pada tindakan
pervaginam menurunkan robekan derajat 4 walaupun tetap ada kemungkinan
mengalami derajat 3. Episiotomi pada ekstraksi vakum dihubungkan dengan
meningkatnya resiko cephalhematoma9. Episiotomi dihubungkan dengan
robekan sphincter ani pada persalinan dengan forsep dan vakum.10 Berdasarkan bukti ilmiah didapatkan
bahwa forsep dapat mengakibatkan trauma perineum yang lebih tinggi dibandingkan
forsep. 10
Tidak
ada perbedaan untuk trauma perineum dan vagina, inkontinensia urin,
inkontinensia fecal dan beberapa ukuran nyeri. 11 3 bulan sesudah
postpartum ,wanita yang di episiotomi mengalami pengurangan kekuatan otot dasar
panggul dibandingkan pada wanita dengan robekan spontan. Tidak ada bukti yang
mendukung bahwa episiotomi dapat mencegah kerusakan otot dasar panggul. Tidak
ada keuntungan dari episiotomi untuk fungsi otot dasar panggul selama beberapa
bulan atau tahunan dari persalinan. Wanita dengan episiotomi dilaporkan
mengalami nyeri selama hubungan seksual 3 bulan setelah postpartum.7
Suatu penelitian mengalokasikan bahwa
wanita yang pada saat persalinan pertamanya di episiotomi medialis (insisi 2
cm- 3 cm pada tengah perineum) atau episiotomi
mediolateral (membuat dari medialis dan ke arah kanan dari spicter ani 3- 4 cm)
. Pada episiotomi medialis dapat mengakibatkan episiotomi meluas sampai ke
Sphincter ani. Tidak ada perbedaan pada rasa nyeri. Pada wanita dengan
episiotomi medialis dapat memulai hubungan seksual lebih awal dan secara
kosmetik penampilannya lebih baik dibandingkan mediolateral. Tidak ada
perbedaan pada nyeri atau kenyamanan dari hubungan seksual. 7 Robekan
medialis lebih luas dibandingkan mediolateral. Medialis dan mediolateralis
tidak ada perbedaan kehilangan darah , hematoma, infeksi, nyeri dan dispareuni.
Faktor risiko yang menyebabkan robekan yang luas pada episiotomi medialis,
primi, tinggi badan ibu < 145 cm, TBJ > 3500 gr dan ekstraksi forsep. 12
Staf medis harus menekankan pentingnya perawatan diri dan kebersihan
pribadi. Nyeri dari episiotomi adalah unsur penting untuk mengobati, dan itu
adalah paling efektif dilakukan secara medis. Perawatan harus disesuaikan
dengan setiap pasien tergantung pada toleransi dan apakah dia sedang menyusui
atau tidak4. Analgesik untuk manajemen potpartum untuk nyeri perineum antara
ibuprofen dan asetaminofen tidak ada perbedaan . Tapi Ibuproven biayanya lebih murah. 13
Episiotomi sebaiknya dihindari jika memungkinkan, Tetapi, jika digunakan,
harus tahu tehnik episiotomi yang paling baik untuk digunakan (mediolateral
atau medialis). 10 Sebuah dukungan kehamilan yang
diberikan dalam jangka waktu yang lama kepada seorang wanita oleh petugas
kesehatan dapat mengurangi penggunaan
episiotomie tetapi tidak beralih untuk memperbaiki perineum. 4.
HANDS-ON
ATAU HANDS- POISED
Metode Hands- On pertama kali diperkenalkan oleh Ritgen pada
tahun1855 biasanya menekan kepala bayi pada saat Crowning, dan menahan dengan tangan lainnya di perineum, dengan
tujuan untuk melindungi dari laserasi. Sedangkan metode “hands Poissed, kepala janin dan perineum tidak disentuh atau
ditahan pada saat persalinan. Dua metode tersebut ada hubungan dengan insidens pada robekan vagina dan
perineum, tetapi dengan metode hands-on
dihubungkan dengan tingginya insidens episiotomi. Kebijakan penggunaan “hands poissed’ juga didukung oleh kuasi randomized study, dilaporkan sedikit
robekan derajat tiga dibandingkan dengan Hands
on.10
Metode Hands- on yaitu tangan kiri diletakkan
di kepala bayi dan tangan kanan diletakkan di perineum. Sedangkan Hands-Poised adalah dimana bidan membimbing pasien dalam
persalinan tanpa menyentuh perineum, bersiap untuk memberikan tekanan ringan
pada kepala bayi mencegah kepala tidak terlalu cepat ekspulsi.14
Ada anggapan bahwa penelitian dan penyelidikan fisiologis
menggunakan beberapa praktik yang rutin
digunakan dengan menunjukkan bahwa non -
intervensi adalah baik atau lebih unggul dari manipulasi fisik. Menurut Myrfield et al "s (1997) dalam
penelitiannya sepuluh tahun lalu mendapatkan
bukti untuk menggambarkan fakta ini. Dengan mengkombinasikan
prinsip-prinsip matematika sederhana antara
anatomi dan fisiologi, menunjukkan bahwa dengan menerapkan tekanan
konstan fleksi kepala , fisiologi yang mendasari kelahiran ekstensi
dikompromikan. Kepercayaan yang
mendasari praktek ini adalah bahwa diameter yang lebih kecil untuk hasil yang akan dicapai, sehingga berpotensi
mengurangi trauma perineum. Myrfield dan rekan menjelaskan sangat jelas bahwa
turunnya kepala terjadi sebagai kurva perubahan adanya gaya gravitasi , mengoptimalkan diameter menyebabkan meluas nya jalan lahir pada turunnya kepala.
Pada RCT Tidak diperlukan untuk
menggambarkan mekanisme ini, meskipun
jarang melihat bukti yang disebutkan dalam diskusi dengan Hands-On atau Hands- Poised tangan atau tanpa tangan dalam
persalinan. 4
Albers et al "s (2005) RCT, perempuan
berisiko rendah dikonfirmasi hasil hoop triial, meskipun hal itu menunjukkan
bahwa posisi melahirkan dan melahirkan
kepala antara kontraksi dengan Hands- On dan kelompok Hands- Poised adalah
pelindung bagi perineum. Akhirnya, de Souza dan Riesco (2006) melakukan uji
coba mereka di brazil dan hasilnya
konsisten dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Dari semua penelitian
ini, tampak bahwa teknik untuk membantu kelahiran tidak berdampak signifikan
hasil perineum, tetapi mereka mungkin
ingin mempertimbangkan dimensi psikososial praktik mereka serta berdampak pada
pemberdayaan perempuan 4
Berdasarkan penelitan (mayerhofer,
2002) didapatkan bahwa wanita yang bersalin dengan “Hands- On” mengalami robekan
derajat tiga lebih banyak dibandingkan dengan “Hands-poised” Tidak ada perbedaan pada hasil luaran janin. 15.
Hands –Poised mengurangi episiotomi
dibandingkan hands- on . Tidak ada
perbedaan antara metode tersebut dari risiko trauma perineum yang membutuhkan
jahitan atau robekan derajat 3 dan 4. Tidak ada perbedaan yang signifikan
antara trauma perineum derajat 1 dan 2. 15 Hands-on dilaporkan mengalami nyeri perineum pada 10 hari
postpartum dibandingkan dengan hands-
poised. 16
MENJAHIT ATAU TIDAK MENJAHIT
Wanita
dengan jahitan perineum derajat dua lebih banyak menggunakan analgesik selama
postpartum dibandingkan dengan wanita yang robekannya tidak dijahit walaupun
nilai nyeri tidak berbeda antara kelompok yang dijahit dan tidak dijahit. Tidak
ada perbedaan antara dijahit atau tidak dijahit pada saat postpartum, aktivitas
seksual atau fungsinya, anal atau inkontinensia urin, kekuatan otot panggul,
perineal body atau ukuran hiatus genital. 17
Bukti
menunjukkan bahwa perbaikan pada perineum derajat dua menyebabkan trauma. Studi
menunjukkan pengurangan nyeri setelah perbaikan
pada kulit yang tidak dijahit.dan dengan penggunaan jahitan jelujur
subcutan lebih baik dari penjahitan
kulit transkutan. Wanita yang tidak dijahit perineumnya merasakan lebih sedikit
perbedaannya seperti sebelum melahirkan dibandingkan dengan yang dijahit. Dua studi dimana membandingkan outcome
perineum pada wanita primipara yang
dijahit dan yang tidak dijahit pada laserasi derajat dua. Sebuah penelitian
RCT menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan penyembuhan luka perineum
dan nyeri pada laserasi derajat satu dan dua tetapi kebanyakan wanita yang
dijahit lukanya memiliki efek negatif pada saat menyusui. Pada study terbaru kami
juga menemukan tidak ada efek pada fungsi otot panggul pada laserasi yang tidak
dijahit. 17
Trauma
perineum derajat dua terjadi 20 % pada persalinan tanpa episiotomi. Kami
menemukan tidak ada keuntungan untuk penjahitan pada laserasi derajat dua pada
fungsi otot panggul pada jangka pendek.
Jika perbaikan laserasi ini tidak memiliki keuntungan , jahitan
sebaiknya dihindari karena dapat meningkatkan nyeri postpartum pada
jahitan luka. Penelitian kohort dengan
waktu follow up yang lama dan RCT membandingkan luka perineum yang dijahit dan
yang tidak dijahit pada laserasi perineum derajat dua dengan ditandai dengan
hasil luarannyaoutcomes fungsionalnya. 17
Pada tahun 2003, fleeming et al `s penelitian di
Inggris adalah yang diperiksa tidak
dilakukan penjahitan robekan perineum derajat dua dan yang dilakukan penjahitan. Hasil yang
ditemukan bahwa tidak ada perbedaan sakit antara kedua kelompok tetapi bahwa
kelompokyang dijahit penyembuhan luka tidak kurang dari enam minggu.
Baru-baru ini , langley et al.
(2006) melakukan percobaan lain di
Inggris, memeriksa robekakan
perineum derajat dua dengan
perdarahan yang kurang dan di mana tepi kulit tetap berada pada posisinya.
Berbeda dengan Fleming et al
`s study tindak lanjut dilakukan sampai
dengan satu tahun. meskipun penyembuhan pada kelompok tidak dengan perbaikan
lebih lambat awalnya, pada enam minggu itu setara dengan kelompok dijahit.
wanita yang robekan perinium diperbaiki diperlukan analgesia lebih pada periode
setelah kelahiran awal. secara signifikan, tidak ada perbedaan antara pemberian
dua kelompok pada satu tahun sehubungan dengan gangguan pada saluran kencing
dan dimulainya kembali aktivitas seksual. penelitian ini memberikan kontribusi
untuk mendukung bukti kecil robekan perineum
derajat dua yang tidak dilakukan perbaikan. Robekan derajat dua yang
tidak dijahit kesakitanya kurang dari
tiga bulan setelah melahirkan serta diapareuni berkurang setelah 3 bulan.
Lapisan otot tidak dianjurkan untuk tidak dijahit karena penyembuhan lukanya
lebih lama sampai enam minggu postpartum. 18
Pada beberapa unit bersalin
biasanya salah menentukan robekan perineum derajat tiga karena pada
praktiknya bidan tidak selalu memeriksa
secara keseluruhan dari sphincter anal
saat terjadi robekan perineum derajat
dua. Jika robekan perineum ditinggalkan
harus dilakukan pemeriksaan yang
adekuat oleh petugas kesehatan ketika akan meninggalkan robekan. Kondisi pada
saat pemeriksaan termasuk pencahayaan, posisi dan visualisasi trauma, yang mana
dapat dilakukan pada tempat non institusional tanpa fasilitas untuk posisi
lithotomy. Pemeriksaan rektal untuk
mengetahui integritas spincter merupakan pemeriksaan rutin dan sensitif oleh karena itu dibutuhkan persetujuan dari ibu.
Lundquist et al (2000) yang
bekerja di Swedia pada penelitian RCT meninggalkan robekan derajat dua.
Hasilnya menunjukkan bahwa tidak dilakukannya penjahitan berefek positif pada
menyusui.Tidak ada efek buruk dibandingkan dengan menjahit dan banyak lagi
keluhan dari wanita dijahit mengenai ketidaknyamanan dari jahitan.
Pada
awalnya, penelitian terbaik (Gordon 1998) membandingkan bahwa perbaikan tiga
lapisan (dinding vagina, otot perineum, dan kulit perineum) dengan perbaikan
dua lapis (dinding vagina, otot perineum) dan menemukan perbaikan dua lapis
hasilnya nyerinya lebih sedikit, dispareunia dan lepasnya jahitan, dibandingkan perbaikan tiga lapis. 4 Penjahitan dua lapis berhubungan dengan
pengurangan nyeri, kebutuhan analgesik, penyembuhan luka, kesakitan saat
berhubungan seksual menurun dan biaya untuk penjahitan dan kemungkinan dijahit
ulang. Keuntungan jahitan dua lapis. 19
Ketel, seorang bidan, bertanggung jawab untuk dua ulasan Cochrane pada jenis
bahan jahitan (ketel dan Johanson 2006a) dan metode perbaikan (ketel dan
Johansson 2006b). kedua tinjauan praktek seharusnya menjadi panduan di daerah
ini. Mereka menganjurkan penggunaan jahitan asam polyglycolic, l contohnya
vicryl atau Dexon, karena hasilnya
mengurangi rasa sakit mengurangi tingkat perbaikan dan dimulainya kembali hubungan seksual, meskipun ada pernyembuhan
yang lambat dari jahitan daripada kelompok cut gut. dua penelitian yang telah
lalu untuk membandingkan vicryl dengan
Rapide vicryl dimana lebih cepat sembuh. Hal ini menunjukkan bahwa hasil
terakhir dalam keterlambatan dalam penyembuhan dari jahitan (Gemynthe ang
Longhoff-R0ss 1996, Kettle et al.2002). 4
Penggunaan benang jahit sintetik yang dapat diserap, seperti poiyglactin
untuk perbaikan robekan perineum
hasilnya dapat mengurangi nyeri dibandingkan chromic tetapi perlu dihapuskan
karena sudah dipakai sejak lama. Polyglactin 910 benang yang memiliki
penyerapan yang optimal karena pengangkatan jahitan jarang dilakukan. Kami menstandarkan perbaikan laserasi
perineum untuk menggunakan benang polyglactin 910 (Vicryl) 2-0 atau 3-0, yang
membantu mengurangi rasa nyeri yang disebabkan oleh perbedaan benang jahit.17
Penjahitan dengan vicryl mudah
diserap dan menurunkan penggunaan analgesi serta menurunkan dispareuni selama
12 bulan dibandingkan dengan cutgut. 18.
Pada jangka panjang tidak ada perbedaan antara Vicryl dan Chromic Catgut.
Benang yang penyerapannya yang cepat menunjukkan kecepatan penyerapan di kulit
sehingga angka lepasnya rendah selama periode postpartum selain itu menurunkan
jumlah dispareuni pada postpartum. 19 Vicryl Rapid, nyeri dan angka kesakitan berkurang pada saat
postpartum, penyembuhan luka, kebiasaan BAK dan BAB, baik dibandingkan
dengan fungsi seksual lebih baik
dibandingkan dengan Vicryl. 20
Sebuah tambahan yang menarik untuk
studi-studi penelitian beberapa telah
memeriksa penggunaan perekat jaringan untuk penutupan kulit perinium (Bowen dan
Selinger 2002, Rogerson et al.2000). Ini menunjukkan beberapa keuntungan atas
penjahitan tapi belum ada studi tentang
penggunaan untuk lapisan otot, sebagai bukti yang mendukung tidak dilakukannya
perbaikan menjadi kurang relevan. Akhirnya, hasil perbaikan dengan metode subkutikuler
mengurangi kesakitan sampai sepuluh hari postnatal dan sedikit perlu untuk
menghilangkan jahitan (ketel dan 2006b Johanson). 17 Subkutikuler memberikan
keuntungan jangka panjang tapi tidak didukung data. 19
Penggunaan penjahitan jelujur dapat mengurangi
nyeri dan penggunaan analgesik, dispareuni, tapi jelujur jika lepas maka, lepas
semua jahitannya. Tapi, ktidak ada perbedaan yang signifikan untuk kebutuhan
penjahitan ulang pada luka atau nyeri jangka panjang, Jelujur digunakan untuk
semua lapisan. 21 Pada jahitan jelujur angka kesakitan perineumnya
rendah dan pasien merasa nyaman. 19 Penjahitan jelujur subkutikuler memberikan banyak keuntungan
pada periode postpartum, penelitian selanjutnya membutuhkan evaluasi efek
jangka panjang dan perbedaan metode perbaikan .2 Teknik penjahitan jelujur dibandingkan dengan metode
jahitan satu- satu lebih efektif dalam mengurangi rasa sakit dan
kesakitan pasca melahirkan, namun mereka tidak
banyak digunakan oleh
dokter meskipun rekomendasi
dari bukti berdasarkan
pedoman klinis nasional12.
SIMPULAN
Perawatan perineum pada saat ini memiliki intervensi yang baru
dimana berdasarkan hasil penelitian terkini secara khusus menegaskan tidak
perlu praktik episiotomi secara rutin dalam persalinan pervaginam kecuali ada
indikasi. Hal ini disebabkan adanya adaptasi dari anatomi dan fisiologis yang
luar biasa pada saat persalinan. Adaptasi ini jarang sekali membutuhkan
intervensi begitu juga pemilihan tehnik tangan Hands- On atau Hands Poised
. Petugas hanya menginfomasikan ibu
yang memilih sendiri. Pada luka derajat dua tidan ada perbedaan antara yang
dijahit dengan yang tidak dijahit haya perbedaan dalam penggunaan analgesik.
Penentuan derajat robekan harus dari hasil pemeriksaan yang adekuat dan tepat
dijahit atau tidak dijahit keputusan diserahkan kepada wanita. Orientasi
persalinan ini menegaskan bahwa pentingnya peran perempuan dalam persalinan.
Petugas kesehatan hanya mendampingi dan memfasilitasi persalinan.
REKOMENDASI PRAKTIK
1.
Episiotomi
harus dibatasi praktiknya, hanya jika ada indikasi.
2.
Teknik
‘Hands- On “ atau Hands-poised
seharusnya pelaksanaanya ditentukan sendiri oleh wanita tersebut dan
aplikasinya seharusnya tidak melemahkan kemampuan wanita tersebut untuk
melahirkan bayinya.
3. Vaccuum bisa
menggantikan forsep sebagai metode pilihan untuk membantu proses persalinan.
4. Latihan otot
dasar panggul seharusnya dilaksanakan pada saat antenatal dan postnatal.
5. Meninggalkan
jahitan robekan derajat dua bisa menjadi
pilihan pada wanita.
6. Tehnik
penjahitan subkutikuler harus digunakan oleh bidan pada saat melakukan
penjahitan perineum.
7. Gunakan Vicryl untuk melakukan penjahitan
perineum.
8. Jelly dan
obat anti inflamasi steroid adalah pengobatan pilihan bagi trauma perineum dan
nyeri perineum.
.
DAFTAR PUSTAKA
- Kettle C dan Tohill S. Perineal Care, clinical evidence BMJ. 2008; 09 : 1401
- Calvert S, Fleming V. Minimazing postpartum pain: a review of research pertaining to perineal care in childbearing women. Journal of advanced nursing. 2000; 32 (2). 407-415.
- Leah L, Albers, Kay D, Edward J, Teaf D anf Peralta P. Midwifery care measures in the second stage of labour and reduction of genital tract trauma at birth: A randomized trial : J Midwifery womens health 2005; 50 (5): 365-372.
- Walsh D. Evidence based care for normal labour and birth guide for midwives. London and New York. Routledge. 2009.
- Caroli G, Belizan Jan M, Palmieri R, Viswanath. Episiotomy for vaginal birth (review) 2007: 1-56.
- Woman and newborn health service. Intrapartum care. Second stage of labour. 2008: 1-3
- Hartman K, Viswanathan M, Palmieri R, Gartlehner G, Thorp J, Katleen N. Outcomes of routine episiotomy A systematic review. JAMA 2005; 293 (17): 2141-2148.
- Incidence of episiotomy. National perinatal information center 2009: 1-11.
- Jakobi P. Are You happy with the episiotomy. IMAJ 2003; 5: 581-584.
- Murphy DJ, Macleod M, Dahl R, Goyder K, Howarth L, Strachan B. A Randomized Controled trai of routine versus restrictive use of episiotpmy at operative vaginal delivery. Amulticenter pilot sudy. Internasional journal of obstetrics and gynaecologt 2008; 1695-1703.
- Berghlla V. Obstetric evidence base guidelines 2007. Informa Health Care.
- Prasert C, Pattamadilok J, Seekorn K, etc. The outcomes of midlines versus mediolateral episiotomy. Republic health. 2007, 4-10.
- Elizabeth A, Peter, Beatricia A, Jansen, Carolin S, Grange, etc. Ibuproven versus Acetaminophen with codeine for the relief of perineal pain after childbirth: a randomized controoled trial. CMAJ 2001; 165 (9): 1203-9.
- Handspoised method of delivery compared with hands-on method of delivery 2008.
- Mayerhofer K. Tradisional care of the perineum during birth. J Reprod med. 2002; 47(6): 477-82.
- Patterson J, Weslow M. Evidence on relevant care measure. Am fam Physician. 2008;78(#): 336- 341.
- Lawrence M, Leeman MD, Rebecca G, Rogers MD, Betsy G, Leah L. Do unsutured second degree perineal lacerations affect postpartum functional outcomes? Jabfm 2007, 451-457.
- Dale P, Winslow M. Delivery Vagina spontan. AmFam Physician 2008; 78 (3): 336-341.
- Viswanathan M, Hartman K, Palieri R, Lux L, swindon T, Lohr KN, etc. The use of episiotomy in obstetrical care: asystematic review agency of heath care research and quality number 112. 2005; 05:1-8.
- Mc Elhinney B, Glenn D, Dornan G, Harper M. Episiotomy repair: Vicryl versus vicryl rapid. Medical journal 2000, 69 : 27 -29.
- New Zealand jounal college of midwives 2000;21(4) 6-12.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar