Leukorhoe
PENDAHULUAN
Leukorhoe (white discharge, fluor albus, keputihan) adalah nama gejala yang
diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak
berupa darah. Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu
cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang
terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolin. Selain itu sekret vagina juga
disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina yang normal. Pada
perempuan, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh untuk
membersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam
kondisi normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau berwarna
kekuningan ketika mengering pada pakaian. Sekret ini non-irritan, tidak
mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH 3,5-4,5. Flora normal vagina
meliputi Corinebacterium, Bacteroides, Peptostreptococcus, Gardnerella,
Mobiluncuc, Mycoplasma dan Candida spp. Lingkungan dengan pH asam memberikan
fungsi perlindungan yang dihasilkan oleh lactobacilli.1
EPIDEMIOLOGI / INSIDEN
Vulvo vaginal candidiasis pada umumnya infeksi menyebabkan
keputihan ± 75 % pada wanita dalam waktu yang sama selama reproduksinya, dengan
40-50 % dua atau lebih episode.2
Prevalensi dari candida yang tidak bergejala 10 %. Bacterial vaginosis merupakan penyebab
terbanyak dari keputihan infeksi, dengan prevalensi 9 % dari UK. Prevalensi BV bervariasi, dengan
prevalensi rata- rata lebih dari 33 % pada wanita Indigenous Australia dan 50 %
di Sub sahara Afrika dan wanita Afrika Amerika.3 In Afrika Barat,
Agen pembawa Servisitis (neisseria Gonorhoe) atau clamydia Trachomatis (CT)
ditemukan hanya 5- 10 % pada wanita yg bukan Pekerja seks komersial dan 10 -25
% pada PSK yang berobat keputihan. Clamydia dapat menyebabkan keputihan, tetapi
tidak bergejala 80 % pada wanita. 10 – 40 % infeksi clamydia yang tidak diobati
dapat menyebabkan infeksi panggul. 4 Trichomoniasis terutama
ditularkan melalui hubungan seksual, menurut
WHO prevalensinya IMS non virus
tertinggi di dunia, dengan perkiraan 172 juta kasus baru setiap tahun.2 Gonore
diperkirakan 62 juta kasus baru yang ditemukan. Insiden tertinggi dan
komplikasi di negara berkembang. 5
FAKTOR PREDISPOSISI 1
Faktor
predisposisi dari keputihan yaitu:
1.
Sering
memakai tissue saat membasuh bagian kewanitaan, sehabis buang air kecil maupun
buang air besar
2.
Memakai
pakaian dalam yang ketat dari bahan sintetis
3.
Sering
menggunakan WC Umum yg kotor
4.
Tidak
mengganti panty liner
5.
Membilas vagina dari arah yang salah. Yaitu dari ke arah anus ke arah depan
vagina
6.
Sering bertukar celana dalam/handuk dgn orang lain
7.
Kurang
menjaga kebersihan vagina
8.
Kelelahan
yang amat sangat
9.
Stress
10.
Tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi
11.
Memakai
sembarang sabun untuk membasuh vagina
12.
Tidak
mejalani pola hidup sehat (makan tidak teratur, tidak pernah olah raga, ridur
kurang)
13.
Tinggal di
daerah tropis yang lembab
14.
Sering mandi berendam dengan air hangat dan panas. Jamur yang menyebabkan
keputihan lebih mungkin tumbuh di kondisi hangat.
15.
Sering berganti pasangan dalam berhubungan sex
16.
Kadar gula
darah tinggi
17.
Hormon yang
tidak seimbang
18.
Sering
menggaruk vagina
19. Dari survey yang dilakukan pada 3000 wanita
berusia 18-50 tahun di Goa , India ditemukan penyebab keputihan paling umum adalah stress (factor psikososial), gangguan somatis dan penggunaan alat
kontrasepsi dalam rahim. 6
20. Lingkungan sanitasi yang kotor 7
ETIOLOGY :
Fisiologi 2
Flora normal vagina (lactobacili) berada di epitelium
vagina yang berperan dalam melindungi dari infeksi. Mereka mempertahankan PH
normal vagina antara 3,8 sampai 4,4. Kualitas dan kuantitas dari keputihan berbeda-beda
pada setiap siklus; masing- masing wanita dari waktu ke waktu. Setiap wanita
memiliki pandangan sendiri normal yang
masih dapat diterima dan yang berlebihan.
Apa saja yang mempengaruhi dari keputihan fisiologi ?
- Umur
- Pre pubertas
- Reproduktif
- Post menopause
- Hormon
- Kontrasepsi hormonal
- Perubahan siklus hormon
- Pregnancy
- Faktor lokal
- Menstruasi
- Post partum
- Semen
- Kanker
Kebanyakan wanita
menderita keputihan abnormal dalam kehidupannya, tetapi biasanya hanya
keputihan fisiologis normal. Berwarna putih atau bersih, pada saat siklus
menstruasi. Cervikal ectopy dapat dihubungkan dengan keputihan mucoid dan
gejala pengobatan cyotherapy dan diatermi,
walaupun bukti yang mendukung efektivitas pengobatan ini masih sedikit. 4
Non Sexually Transmitted Infection
Bakterial vaginosis dan vulvovaginal
candidiasis pada umumnya kondisi ini disebabkan oleh gangguan flora normal
vagina. Tidak menular melalui hubungan
seksual dan pasangannya tidak perlu diobati.
Bakterial Vaginosis (BV)
Bakterial vaginosis adalah salah-satu
dari diagnosis yang kebanyakan ditemui pada wanita yang datang ke klinik
obstetri ginekologi. 50 % kasusnya tidak bergejala. Prevalensi yang sebenarnya
pada masyarakat tidak pasti. Kejadian bakterial vaginosis meningkat pada
kelompok wanita tertentu, seperti afrika kulit hitam, lesbian, dan perokok. BV
disebabkan oleh proliferasi dari Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan
anaerob. BV menyebabkan bau amis, tanpa rasa gatal dan panas. Kondisi ini
disebabkan pertumbuhan yang berlebihan dalam pertumbuhan bakteri anaerobik8.Pada
wanita yang tidak hamil Bv tidak bergejala dan tidak membutuhkan pengobatan. Bakterial
vaginosis muncul kembali setelah pengobatan pada umumnya dapat meningkat karena
praktek personal hygiene, seperti douching vagina, yang dapat merusak flora
normal vagina.9 Bacterial vaginosis dihubungkan dengan infeksi
panggul yang dapat mengancam abortus dan dalam kehamilan dgn persalinan preterm
dan kejadian BBLR. 4
VULVOVAGINAL CANDIDIASIS (VVC)
Adalah sindrom dari infeksi dan
diagnosis VVC tidak hanya dari laboratorium atau kriteria klinik tetapi
kombinasi dari keduanya.10 VVC disebabkan oleh candida albikan,
candida glabrata, candida tropikalis. 11
INFEKSI MENULAR SEKSUAL
Chlamydia trachomatis, Neisseria
Gonorrhoe dan Trichomonas vaginalis dapat ditunjukkan dengan keputihan tetapi bisa tidak bergejala.
Infeksi ini dihubungkan dengan meningkatnya resiko penularan HIV, khususnya di
negara berkembang. Rata- rata IMS meningkat di UK dan tempat lainnya.4
CHLAMYDIA TRACHOMATIS
Chlamydia Trachomatis pada umumnya
penyebab IMS penyebabnya bakterium. Clamidia dapat menyebabkan keputihan yang
purulent, tetapi tidak bergejala pada 80 % wanita.4
GONORHEA
Penyebabnya adalah Neisseria
Gonorrhoeac adalah gram negatif diplococcus yang infeksi primernya non silia,
kolumnar atau epitelium kuboid pada endoservik, uretra, rektum, atau faring.
Gonococcus adalah patogen. 5
TRICHOMONIASIS
Penyebabnya adalah Trichomonas Vaginalis.
T. Vaginalis dapat menyebabkan keputihan yang berwarna kekuningan.Infeksi T.
Vaginalis walaupun tidak bergejala harus diobati. 4
PATHOPHYSIOLOGY/ TRANSMISSI
Selama siklus menstruasi, konsentrasi estrogen dan progesteron
mengalami perubahan. Perubahan yang bervariasi pada jumlah dan tipe lendir
servik. Secara fisiologi lendir servik dirasakan oleh wanita sebagai sekresi
vagina atau pengeluaran vagina, yang tidak berwarna, berbau dan tidak
menyebabkan gatal. Mendekati ovulasi,
konsentrasi estrogen meningkat, terjadi perubahan lendir servik dari tidak
subur menjadi subur. Setelah ovulasi, konsentrasi estrogen menurun dan
progesteron meningkat, lendir servik menjadi tebal dan lengket dan dapat membunuh sperma. 1
Sejak pubertas,
vagina terkolonisasi oleh laktobasilus dan bakteri lain. Metabolisme glicogen
oleh lactobasilus di dalam epitel vagina untuk memproduksi asam laktat, dari
sinilah lingkungan vagina menjadi normal asam dengan pH < 4,5. Termasuk bakteri anaerobik lain yaitu
streptokokus, dipteroid, koagulasi negatif stapilokokus dan alfahemolitikus
streptokokus. Beberapa organisme yang dapat menyebabkan infeksi jika
pertumbuhan mereka berlebih : candida albican, stafilokokus aureus, dan
betahemolitikus streptokokus termasuk stertokokus agalaktic. ( 1,2, )
Pada bakterial vaginitis cirinya adalah terjadinya
pertumbuhan yang berlebihan pada organisme anaerobik menggantikan laktobasilus normal, dengan
kehilangan produksi hidrogen peroksida yang diproduksi bakteri laktobacillus
dan meningkat pada Gram Variabel coccobacilus (Gardnerella vaginalis dan
spesies bacteroides), organisme anaerobik (mobiluncus spp,fusobacterium spp, prevotella
spp dan peptostreptococcus spp) dan mycoplasma genital (Mycoplasma hominis dan
Ureaplasma urealyticum) ini ada hubungan dengan meningkatnya PH vagina, dan
meningkatnya produksi proteolitik enzim, asam organik dan volatile amina). 12
Bakterial vaginitis dapat terjadi secara spontan, ini berhubungan dengan
umur awal saat pertama kali melakukan hubungan
seksual dan angkanya meningkat tinggi pada pasagan seksualnya. Namun demikian, bakterial vaginitis bukanlah
penyakit infeksi menular seksual. 2
Pada kandidiasis sering terjadi saat vagina telah memproduksi
estrogen, khususnya pada wanita usia 20-30 tahun dan wanita hamil. Tidak ada
bukti yang akurat bahwa kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan risiko
vulvovaginocandidiasis, juga tidak ada bukti bahwa tampon, kebersihan handuk
atau vagina douching dapat menyebabkan kandidiasis. Kandidiasis bukan merupakan penyakit menular
seksual 2
Dilaporkan dalam Penelitian
retospective terhadap group A tentang keputihan secara umum ditemukan
akibat candidiasis yang disebabkan
oleh bakterial vaginosis ( BV) dan pada Group B dilaporkan streptokokus sering dilaporkan dalam
vaginal swab, tapi organisme ini tidak selalu menjadi penyebab keputihan (4
) .
Clamidya trachomatis, Nesseria Gonorhoea and trichomonashis
bisa menimbulkan keputihan tapi buka merupakan suatu gejala (4) .
Sangatlah penting untuk mengetahui kondisis perubahan flora vagina,
mungkin disebabkan oleh virus HIV atau sebab lainnya, beberapa faktor yang
menyebabkan perubahan dan mengapa sampai seperti itu, tersebut diantaranya perilaku mencuci vagina dengan larutan
antiseptik atau tidak memperhatikan kebersihan
vagina saat menstruasi berlangsung. ( 4 )
GEJALA
Segala perubahan yang menyangkut warna
dan jumlah dari sekret vagina meerupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi
vagina adalah sesuatu yang sering kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah
mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor albus:1
- Keputihan yang disertai rasa gatal,
ruam kulit dan nyeri.
- Sekret vagina yang bertambah banyak
- Rasa panas saat kencing
- Sekret vagina berwarna putih dan
menggumpal
- Berwarna putih kerabu-abuan atau
kuning dengan bau yang menusuk
Beberapa sumber melaporkan bahwa gejala dan penampilan klinik dari
keputihan keduanya sangat bervariasi. Bakterial vaginosis pada umumnya
menyebabkan keputihan abnormal pada wanita usia reproduksi. Karakteristik
gejala BV yaitu malodorous dan sering keputihan yang menyebabkan distress dan
ketidaknyamanan. Walaupun, beberapa wanita yang didiagnosis BV tidak bergejala
semuanya.2
Gejala vulvovaginal candidiasis
dengan gejala vulva gatal dan panas dan cairan putih tebal, disuria, bau atau
kemerahan . Tanda- tandanya termasuk vulva bengkak, fisura. PH vagina biasanya
normal. 6Chlamidia dapat menyebabkan keputihan vaginal. Gonore
gejalanya keputihan purulen tapi tidak bergejala 50 % pada wanita. Gonore dapat
komplikasi PID. 4 T. Vaginalis
dapat menimbulkan gejala vulva gatal dan panas, disuria dan dispareuni,
tetapi banyak pasien tidak bergejala.7
KOMPLIKASI
Bacterial vaginosis pada kehamilan dapat mengakibatkan
terjadinya korioamnionitis, abortus spontan, prematur dan BBLR. Postpartum dan
postabortus endometritis dan setelah histerektomi infeksi vagina.3
Komplikasi VVC yaitu vulva ekzema/
dermatitis. 5 Komplikasi gonore yaitu meningkatkan resiko terjadinya
abortus spontan, persalinan prematur, KPSW, Chorioamnionitis dan kematian
perinatal. Penularan ke anaknya yaitu dapat meyebabkan conjungtivitis yang
dapat menyebabkan kebutaan. Berdasarkan bukti ilmiah infeksi gonore dapat
memfasilitasi terjadinya penularan infeksi HIV.4 Komplikasi trikomoniasis selama kehamilan yaitu
terjadinya persalinan preterm dan BBLR. 7
MANAGEMENT
PENCEGAHAN
13
1. Jaga Kebersihan
Vagina dan pertahankan PH Vagina dalam batas normal 4,5 (bersihkan dengan air bersih, pemakaian
cairan antiseptik harus sesuai
dengan PH Vagina ) dapat melindungi
vagina dari bakteri patogen yang
merugikan
2. Membasuh
vagina secara benar ( dari depan ke belakang )
3. Jaga vagina
agar selalu kering dan bersih ( Vagina
lembab akan mengakibatkan timbulnya jamur /parasit patogen yang merugikan ) dengan mengunakan pakaian
dalam yang dapat meresap keringat dan menghindari pakaian dalam yang terlalu
sempit.
4.
Jangan berganti-ganti pasangan seksual .
5. Gunakan kodom
secara benar dan konsisten.
SCREENING 13
1.
Wanita dengan keputihan baik yang muncul atau gejalanya saja yang nampak di
sekitar alat genital ( evidence level Ia, dan rekomendasi grade A
2.
Wanita
yang ditemukan adanya lendir yang banyak ketika
pemeriksaan ( rekomendasi group
A )
3.
Wanita hamil denga riwayat persalinan preterm
mungkin harus di skrining ( evidanced
level Ia dan rekomendasi tingkat A )
4.
ditetapkan dan merupakan tindakan routin untuk
mengurangi kejadian pada wanita hamil (
evidanced level Ia dan rekomendasi tingkat A )
5.
Beberapa pembuktian / pengujian yang mendukung untuk
pengobatan BV sebelum mengakhiri kehamilan untuk mengurangi kejadian
endometritis dan PID ( evidanced level
IIa dan rekomendasi
tingkat B ).
6. Suatu
kesempurnaan dari pembuktian / pengujian untuk menginformasikan keputusan yang
di ambil dalam menskrining tanda dan gejala ada wanita yang tidak hamil dengan
gangguan PID ( evidanced level IVa dan rekomendasi tingkat C )
DIAGNOSIS
Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan
pemeriksaan penunjang.
1.
Anamnesis(1)
Ditanyakan mengenai
usia, metode kontrasepsi yang dipakai oleh akseptor KB, kontak seksual,
perilaku, masa inkubasi, penyakit yang diderita, Data yang perlu dikumpulkan
pada keputihan yaitu : keputihan dan gejala yang berhubungan. Keputihan:
lokasi, Waktu, durasi, jumlah, warna,
konsistensi, episode lanjutan. Gejala yang berhubungan: gatal, panas, disuria,
intermenstrual atau perdarahan post coital, nyeri perut bagian bawah, nyeri
panggul, dispareuni, permukaan dan dalam.penggunaan obat antibiotik atau
kortikosteroid dan keluhan-keluhan lain.2
2.
Pemeriksaan Fisis dan
Genital (1)
Inspeksi
Kulit perut bawah, rambut pubis, terutama perineum, dan anus. Inspeksi dan
palpasi genitalia eksterna. Pemeriksaan spekulum untuk vagina dan serviks.
Pemeriksaan vagina dengan resiko rendah dan tidak menimblkan komplikasi. Pada
saat ini, Kounsil kedokteran umum memandu menawarkan “Chaperone” pemeriksaan
daerah intim tetapi pemeriksanya harus wanita. pemeriksaan bimanual pelvis
secara rutin kurang didukung bukti
ilmiah dan pemeriksaan ini hanya diindikasikan bagi penyakit nyeri panggul
(PID). 4
3.
Laboratorium
Tindakan
yang menggunakan teknik 3 jenis Apusan yang dilakukan untuk meneggakkan
diagnosis :14
1.
Vaginal swab tinggi , untuk mengidentifikasi
backterialvaginosis(BV ), infeksi
candida dan trichomonas vaginalis.
2.
Endoservical swab
pada transport medium untuk
mengidentifikasi dan mendiagnosis gonorea
3.
Endoservical swab untuk test amplifikasi DNA
Chlamidial untuk mendiagnosis clamidya trachomatis.
Tes PH vagina (menggunakan kertas PH) lebih murah, cepat dan mudah dapat membantu
membedakan dua penyebab utama keputihan yaitu BV (PH≥ 4,5) dan VVC (PH <
4,5). Test PH sendiri sensitivitasnya 73 % untuk diagnosis BV.4
Diagnosis BV pada umumnya dapat menggunakan salah-satu
dari dua metode yaitu Amsel dan Nugent. Secara klinik, untuk menegakkan
diagnosis vaginosis bakterial harus ada tiga dari empat kriteria (Amsel
Kriteria )sebagai berikut, yaitu:
1)
Adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan
basah,
2)
Adanya bau amis setelah penetesan koh 20% pada
cairan vagina,
3)
Duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna
seperti susu,
4)
Ph vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan
nitrazine paper.
Clue
sel dipertimbangkan tanda khusus mikroskopik dihubungkan dengan BV dan
ditunjukkan dengan sel epitel vagina dengan variabel gram dan gram negatif
coccobacili. Praktisi dapat menghitung PH vagina dengan menggunakan kertas PH
di keluaran vagina dan dapat ditunjukkan dengan tes amina dengan meneteskan
potassium hidroksida.3
Metode
Nugent
Standar untuk diagnosa BV. Digunakan di
klinik dgn score mikroskopik pada bakteri vagina. Metode score ini yaitu:
1.
Kehilangan lactobacillus
2.
Meningkatnya jumlah gram variabel dan gram negatif
coccobacili
3.
Meningkatnya jumlah Mobiluncus spp.
Score
0-3 dipertimbangkan flora normal, 4-6
sebagai flora sedang dan 7-10 sebagai BV. 7
Pemeriksaan rutin mikroskop dan kultur adalah
standar untuk pelayanan pada wanita yang bergejala. Vaginal swab diambil dari
fornik anterior. (evidence level III rekomendasi B).
1.
Gram atau pemeriksaan wet film
2.
Tempat di media padat berputar. Khususnya albican /
non albican ditunjukkan dengan kuat.
3.
PH vagina tidak berguna untuk
mendiagnosis VVC yang dapat tertukar dengan Bv (evidence level IV, rekomendasi
C). 13
Diagnosis Gonore yaitu definitif diagnosis utk isolasi
kultur dan konfirmasi dari isolasi biochemikal, enzim, serologi dan tes asam
nukleat. Kultur sensitivitasnya 80-90 % dan spesifikasinya 100 %.Keuntungannya
yaitu dapat mengambil spesimen dari beberapa tempat potensial infeksi. Isolasi
untuk sensitivitas antimikrobial dan forensik.
Kerugiannya organismenya dapat sulit tumbuh di kultur, pertumbuhan yang
berlebihan pada mikroorganisme yang terkontaminasi dapat memberi hasil fals
(-). Hasilnya 48- 72 jam.5
Diagnosis
T.Vaginalis yaitu dengan tes rutin papanicolau (pap) dilaporkan dengan
sensitivitas 57 % dan spesifikasinya 97 %. Ketika Trikomoniasis ditemukan
selama tes rutin pap, management seharusnya berdasarkan pada kemungkinan tes
pada pasien yang terinfeksi. Sebagai
contoh, tes kemungkinan 20 % dan protozoa ditemukan dari hasil pap smear
positif prediksinya yaitu 83 %. Alternatifnya pasien ditawarkan dgn pilihan
pengobatan dan konfirmasi kultur jika
kultur positif. 4
Tes
amplifikasi asam nukleat, seperti poly merase reaksi ikatan dan ligasi reaksi
ikatan adalah tehnik biologi molekular yang DNA dan materi genetik lainnya. Tes
ini dapat mendeteksi jumlah sel atau virus dan angka sensitivitas dan
spesifikasinya tinggi. Pada saat ini review dari sistematis tes pada urin
ditemukan spesifikasinya tinggi yaitu > 95 % dan spesifikasinya 80 -93 %
untuk mendeteksi clamidia dan gonorea (sensitivitasnya rendah pada infeksi
gonore pada wanita dengan menggunakan PCR). 7
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan keputihan
bergantung kepada penyebabnya. Untuk keputihan ringan, cukup dengan membersihkan dengan antiseptik
vagina, Sedangkan keputihan akibat infeksi, mutlak diperlukan anti infeksi.
Pemilihan anti infeksi disesuaikan dengan jenis mikro-organismenya. Jika
penyebabnya jamur, maka diberikan pengobatan anti jamur, jika karena
bakteri diberikan antibiotik (sesuai
jenis kuman), jika penyebabnya protozoa (Trichomonas vaginalis) diberikan obat
anti parasit dan seterusnya. (4)
Telah dilakukan penelitian klinis
yang dirancang sesuai dengan petunjuk FDA paling baru mengkonfirmasi kemanjuran dan keamanan
pengobatan dosis tunggal
secnidazole dibandingkan dengan
pengobatan metronidazol multi-dosis
standar.Schenidazole lebih efektif dibandinggkan metronidazole. Dosis
tunggal dibandingkan dgn 2x selama
seminggu. Schenidazole adalah produk yang atraktif dapat dipertimbangkan secara
rutin. Secnidazole telah banyak digunakan selama 20 tahun terakhir untuk
mengobati berbagai penyakit parasit, termasuk trikomoniasis, merupakan
pengobatan yang cukup baik dan terjamin . berdasarkan hasil penelitian terbukti
tidak ada risiko efek samping
ringan bila digunakan selama kehamilan. (15)
Tinidazole menunjukkan efektif
dalam pengobatan BV. Pengobatan rata- rata berbanding dengan metronidazole,
tetapi superior klinik tidak ditunjukkan.Walaupun Tinidazole lebih sedikit efek
sampingnya, lebih baik di saluran pencernaan dan sedikir rasa metal, keduanya
yang lebih sering pada pemberian metronidazole. Perbandingan oral tinidazole
adalah equivalent dgn intravaginal clindamycin cream dan intravaginal metronidazol
tablet. Oral tinidazole secara cost
efektif dapat dipertimbagnkan sebagai alternatif pengobatan.15
Rekomendasi pemberian selama 7 hari dgn oral metronidazole atau vaginal
clindamicin direkomendasikan sebagai terapi awal BV.4
VVC terapinya yaitu vaginal imidazole (seperti
clotrimazole, econazole, miconazole dalam dosis tunggal) atau fluconazole 150
mg oral diberikan selama 3 hari. Oral fluconazole dibandingkan dengan
clotrimazole lebih aman. Alternatif pengobatan sepeti minyak the dan yoghurt mengandung lactobacillus
acidophilus tidak dapat dievaluasi. Oral versus pengobatan vagina tergantung
mana yang disukai.4
Chalmidia Trachomatis terapinya
yaitu Doxycycline 100 mg 2 kali sehari selama 7 hari (kontraindikasi dalam
kehamilan) azitromicin 1 g oral dgn dosis tunggal (rekomendasi WHO azitromicin
dalam kehamilan). Pasangan perlu
diperiksa. Gonore terapinya yaitu Cefixime 400 mg dgn dosis oral tunggal atau
ceftriaxone 250 mg IM dosis tunggal. Tempat rujukan yaitu unit genito urinaria
disebabkan oleh organisme. Tes untuk pengobatan tidak diindikasikan rutin jika
sensitif dengan antibiotik yang diberikan, tidak ada resiko infeksi kembali.
Pasangan harus diperiksa. 4Trikomonas vaginalis terapinya yaitu
metronidazole 2 g oral dgn dosis tunggal atau metronidazole 400- 500 mg 2x
sehari selama 5 – 7 hari. Pasangan harus diperiksa 4.
Dosis tunggal Tinidazole dan
Fluconazole sama efektifnya dengan dosis multipel pada manajemen sindromi
keputihan, walaupun wanita dgn infeksi HIV. Harganya murah, TF sebaiknya dipertimbangkan
digunakan pada pengobatan awal dari keputihan.17
Menejemen keputihan abnormal pada wanita
Petunjuk praktis pelayanan primer
Untuk konsultan dan local 18
|
|
Kategori
|
Evidence based
|
A-
|
IMS sangat signifikan terjadi pada
wanita yang berumur< 25 tahun, dan pada kelompok ini skrening clamidia,
GO, sipilis dan HIV harus selalu dipertimbangkan pasien mungkin memerlukan
rujukan
|
A-
|
Bakterial vaginosis ditemukan sekitar
50% dan terjadi peningkatan pertumbuhan organisme anaerobic
|
A-
|
candida dan bakterial vaginosis
adalah penyebab umum leukore, diagnosa dapat didasarkan pada tanda gejala dan
PH
|
A-
|
Trikomoniasis adalah penyebab yang
paling sedikit dari leukore pada perawatan primer ditemukan sekitar 3%
|
A-
|
Clamidia trachomatis dan neiseria gonorhea
menyebabkan infeksi panggul akut dengan leukorea atau gejala lain seperti
disuria, post coital/intermestrual bleeding, disparenia, nyeri panggul ,
radang servik(dimana terjadi perdarahan kontak), nyeri sendi pada seksual
aktiv
|
A-
|
Skrening klamidia pada wanita <25
tahun yang aktiv secara seksual
|
C
|
Petunjuk
praktis Swab Vagina:
Swab vagina untuk kultur bervariasi dari 5-40/ 1000
populasi/tahun. Pengiriman vagina swab paling sering pada : postnatal, pre dan post pengakiran
kehamilan, pre dan post bedah ginekologi, pengobatan, pengobatan kembali(
lebih dari 4 kasus /tahun), gejala yang bukan karakteristik dari kandida atau
bakterial vaginosis, vaginitis tanpa leukore, mungkin IMS serta Suspek PID
juga mengirimkan endoservikal swab.
|
A-
|
Sampling:
•
High vaginal swab untuk pemeriksaan mikrobiologi : adanya discharge
di vagina, tempatkan swab dalam medium transport dan kirimkan ke laboratorium
secepatnya. Dinginkan pada suhu 4 celcius bila tidak langsung diperiksa.
•
Jika IMS atau usia pasien < 25 tahun sampel tambahan lendir dari
endoservik untuk kultur GO ditempatkan pada
medium berbasis media transpot dan secepatnya dikirim ke laboratorium.
•
Deteksi clamidia dan Go dengan menggunakan asam nukleat: dari urin
pertama pagi hari, vaginal swab(yang dapat diambil pasien sendiri) atau swab
endoservikal. Kumpulkan swab klamidia dengan peralatan plastik (bukan
kayu)periksa pada laboratorium lokal. Jangan ditempatkan pada medium arang.
|
RECURRENT
BV 2
Pada umumnya membutuhkan pengobatan
(10 – 14 hari) dengan beberapa rekomendasi dan terapi alternatif. Walaupun
lactobacillus suppositories dan lactobacillus oral (tanpa pengobatan antibiotik).
Hal- hal yg dapat ditawarkan dengan recurrent bacterial vaginosis:
1. Berikan penjelasan tentang BV
2. Hati- hati berpergian dan
kebersihan setiap hari yg dapat merusak keseimbangan
normal flora vagina.
3.
Jelaskan walaupun pengobatan pendek selalu bergejala
dan bakteri seimbang dan ini gejala- gejala setelah pengobatan.
4.
Penggunaan yg lama antibiotik seperti metronidazole
(400mg) 2 kali sehari selama 7 hari dapat mencegah kam buh kembali.
5.
Tambahan penggunaan asam asetat persiapan mungkin
menguntungkan.
6.
Eksplorasi pribadi pasien dan kehidupan seksual dan
berikan dukungan psikologis dan konseling psikoseksual.
7.
Jika wanita yg menggunakan IUD kambuh kembali BV
diskusikan alternatif kontrasepsi.
RECURRENT VVC 2
VVC
berulang selama 4 atau lebih episode dari gejala infeksi, yang menyerang 5 %
pada wanita sehat. Candida Glabrata dan non albican lainnya ditemukan pada 10
-20 % kasus. Ini penting untuk dipertimbangkan: yaitu kodisi kesehatannya
seperti diabetes mellitus, frekunesi antibiotik dan penggunaan pengobatan dalam
jangka waktu yang lama. Gejala vulvar dapat menyebabkan kondisi seperti dermatitis. Imunosupresion sebagai
contoh infeksi HIV. Spesies candida sensitif seperti pada isolasi resisten
azole. Niztatin intravaginal atau asam borak sebagai alternatif pengobatan.
Hubungan antara atopik, alergi rhinitis dan meningkatnya gejala- gejala VVC.
Hal yg dapat dilakukan pada wanita dgn VVC berulang yaitu :
1.
Pengobatan yg lama atau pengobatan sendiri dgn azole
intravaginal diidentifikasi berulang selama 3 bulan.
2.
Pengobatan utamanya yaitu fluconazole 100 mg sekal
seminggu selama 6 bulan.
3.
Jenis non albican dapat merespon nistatin
intravaginal selama 14 hari.
4.
Modifikasi
komponen alergi dgn masalah : hydrokortison 1 % topical.
KESIMPULAN
Leukore
dapat disebabkan oleh fisiologis, non IMS dan IMS. Gambaran klinis dari leukore
yaitu keluarnya cairan dari dalam vagina tergantung dari penyebabnya masing-
masing. Management pengobatannya berdasarkan dari masing- masing penyebabnya.
Pada saat ini cara terbaru dari pemeriksaan yaitu dgn PCR.
DAFTAR PUSTAKA
2. Mitchell H. Vaginal
discharge- causes, diagnosis and treatment.BMJ 2004;328:1306-1308.
3. Pirotta M.Bacterial
vaginosis More question than answer. Australian Family Physician 2009; 30:
394-397.
394-397.
4. Spence D, Melville C.
Vaginal Discharge clinical review. BMJ 2007;335:1147- 1151.
5. O’neill M. Gonorhea.
Maternal fetal evidence based guidlines. 2009:234- 237.
6. Vandana Tanksale,2 Beryl
West,2 Prasad Nevrekar,3 Betty R Kirkwood1 and David Mabey.Why
do women complain of vaginal discharge? A population survey of infectious and pyschosocial
risk factors in a South Asian. Published by Oxford University Press on behalf of the International
Epidemiological Association International Journal of Epidemiology 2005;34:853–862.
do women complain of vaginal discharge? A population survey of infectious and pyschosocial
risk factors in a South Asian. Published by Oxford University Press on behalf of the International
Epidemiological Association International Journal of Epidemiology 2005;34:853–862.
7. Ashwin J, Chatwani,
Hasam S, Rahimi S, Jeronis S , Dandolu V. Douching with water works
device for perceived vaginal odor with or withour complaints of discharge in womend with no
infectioud cause of vaginitis: Apilot study. Hindawi Pulishing corporation infectious disease in
obstetric and ginecology 2006;9568: 1-4.
device for perceived vaginal odor with or withour complaints of discharge in womend with no
infectioud cause of vaginitis: Apilot study. Hindawi Pulishing corporation infectious disease in
obstetric and ginecology 2006;9568: 1-4.
8. Demba E, Morison L,
Loeff M, Awasana A, Gooding E, Bailey R, etc. Bacterial vaginosis, vaginal
flora patterns and vaginal hygiene practices in patients presenting with vaginal discharge
syndrome in The Gambia, West Africa. BMC infectious Disease 2005;5: 1-12.
flora patterns and vaginal hygiene practices in patients presenting with vaginal discharge
syndrome in The Gambia, West Africa. BMC infectious Disease 2005;5: 1-12.
9. Lisa V, Ellen T,
Rudy, Sylvia, Ivie, Donzella L, etc. Characterization of frequent douchers
attending
a community clinic primary serving african- american women. Journal of national medical
association 2005; 97:1384-1391.
a community clinic primary serving african- american women. Journal of national medical
association 2005; 97:1384-1391.
10. White D, Vanthuyne A.
Vulvovaginal Candidiasissti journal 2006;82: 28-30.
11. Marion K, Owen M,
Timothy L, Clenney, Management of vaginitis. American Family Physician
2004;70: 2125-2132.
2004;70: 2125-2132.
12. Rafael C, Martinez,
Silvio A, Franceschini, Maristela C, Silvana M. Analysis of vaginal
Lactobacilli from healthy and infected brazilian women. American Socienty for Microbiology
2008;74: 4539- 4542.
Lactobacilli from healthy and infected brazilian women. American Socienty for Microbiology
2008;74: 4539- 4542.
13. Jacques Pepin,
Francois Sobel, Nzambi Khonde, Thomas Agyarko-Poku, Soumaila Diakite, Sylvie
Deslandes. Et al. The Syndromic Management Of Vaginal Discharge treatments : a Randomized
Contrlloed Trrial in West Africa. Bulletin of the WHO 2006;84:29-738.
Deslandes. Et al. The Syndromic Management Of Vaginal Discharge treatments : a Randomized
Contrlloed Trrial in West Africa. Bulletin of the WHO 2006;84:29-738.
14. Noble H, Estcount C,
Ison C, Goold P, Tite L, Carter Y. How is the high vagin al swab used tu
investigate vaginal discharge in primary care and how do GPs’ expectations of test match the tests
performed by their microbiology services? . STI journal 2004;80: 204-206.
investigate vaginal discharge in primary care and how do GPs’ expectations of test match the tests
performed by their microbiology services? . STI journal 2004;80: 204-206.
15. Marc J, Vicaut E,
Fagnen D and Brauman M. Clinical study Treatment of Bacterial vaginosis : A
Multicenter, Double Blind, Double Dummy, Randomised Phase III study Comparing Secnidazole
and Metronidazole. Hindawi Publishing corporation infectious Disease in Obstetric and
Gynecology 2010; 10 : 1-6.
Multicenter, Double Blind, Double Dummy, Randomised Phase III study Comparing Secnidazole
and Metronidazole. Hindawi Publishing corporation infectious Disease in Obstetric and
Gynecology 2010; 10 : 1-6.
16. Armsstrong N, Wilson
J. Tinidazole in treatment of bacterial vaginosis. International journal of
women’s Health 2009; 1: 59-65.
women’s Health 2009; 1: 59-65.
17. Pepin J, Sobela F,
Khonde N, Agyarko T, Diakite S, Deslander S, etc. The syndromic management
of vaginal discharge using single dose treatments: a randomized controlled trial in west africa.
Buletin WHO 2006; 84: 729-738.
18.Association of Medical Mikrobiologist,Management of Abnormal Vaginal Discharge in Women
Quick Reference Guide for Primary Care For consultation and local Adaptation Produced 2002
Latest review October 2009 Amended 11.12.09.
of vaginal discharge using single dose treatments: a randomized controlled trial in west africa.
Buletin WHO 2006; 84: 729-738.
18.Association of Medical Mikrobiologist,Management of Abnormal Vaginal Discharge in Women
Quick Reference Guide for Primary Care For consultation and local Adaptation Produced 2002
Latest review October 2009 Amended 11.12.09.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar