PERSIAPAN MASA PENSIUN
Masa pensiun bukanlah akhir dari
segalanya, agar masa pensiun dapat dilewati dengan bahagia maka, yang dapat
dilakukan yaitu 1 :
1. Rencanakan masa pensiun beberapa bulan
atau beberapa tahun sebelumnya dengan pikiran yang jernih dan tenang sehingga
pengaturan keuangan di masa pension dapat direncanakan secara bersamaan.
2.
Hadapi
masa pensiun secara rileks. Ketegangan dan kecemasan tidak menjadikan segalanya
menjadi lebih baik. Pengalaman dan keterampilan dapat
digunakan untuk merencanakan masa depan
3.
Gunakan waktu pensiun dengan
sebaik-baiknya dan serileks mungkin. Lakukan kegiatan yang menjadi hobi seperti
berkebun, olah raga, dan lainnya agar tidak merasa jenuh
4.
Kurangi dan hilangkan kebiasaan
buruk seperti merokok, mengkonsumsi makanan berkolesterol tinggi, junk food,
dan meminum minuman beralkohol
5.
Lakukanlah kegiatan sosial yang
menarik dan mulailah meniti karir di kehidupan pasca-pensiun disertai optimisme
bahwa hidup akan menjadi jauh lebih baik lagi dari sebelumnya
6. Hilangkan kesepian dan libatkan
diri pada orang-orang terdekat
7.
Jangan biarkan pesimisme
mempengaruhi dan menguasai pikiran
8.
Meningkatkan kegiatan-kegiatan
yang dapat lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Berdoa, meditasi, dan lainnya
akan membuat hidup terasa lebih damai dan tenang.
Kesiapan karyawan
dalam menghadapi masa pensiun adalah keadaan siap-siaga karyawan untuk mereaksi
atau menanggapi datangnya masa pensiun yang dipengaruhi dari dalam diri
karyawan maupun dari luar diri karyawan yang berkaitan dengan faktor psikologis
maupun faktor non-psikologis karena penyesuaian diri dengan alam sekitarnya,
yang akan memberikan kepuasan 2.
Perusahaan atau instansi
perlu menyiapkan karyawannya salah-satu yang bisa dilakukan yaitu:Pemberian
konseling. Klien konseling ini adalah individu yang sudah pensiun, biasanya
berumur 60 tahun keatas. Konseling ini menyiapkan orang-orang yang akan
mengalami perubahan dari bekerja menjadi mengisi waktu luang, membantu
orang-orang dalam masalah finansialnya dan memberikan informasi mengenai
tunjangan-tunjangan yang ada 3.
Alasan mengapa konseling
untuk purnabakti diadakan, semata-mata untuk mempersiapkan pegawai yang lebih
tua untuk memasuki masa pensiunnya. Gunakan pendekatan-pendekatan yang langsung
dan pemberian-pemberian informasi dalam konseling jenis ini 3.
Biasanya dalam
perusahaan-perusahaan tertentu wawancara bagi calon pensiunan ini dilakukan 5
tahun sebelum mereka pensiun. Selama 5 tahun itu mereka diberikan informasi mengenai
tunjangan-tunjangan yang akan diberikan kepada mereka, menanggapi bagaimana
reaksi mereka, pikiran atau anggapan mereka mengenai pelepasan masa jabatan
mereka nanti. Dalam waktu 5 tahun dari mulai konseling diadakan sampai saat
mereka pensiun makin banyak sesi dilakukan dan konselor membantu mereka untuk
mengakhiri hubungan kerjanya dan bersiap-siap untuk waktu senggang 3.
Konseling ini berhubungan
dengan penyesuaian kembali klien secara emosional. Reaksi orang-orang yang
takut pada masa pensiun adalah wajar. Studi mengatakan bahwa penyesuaian diri
seseorang pada masa pensiunnya sangat mudah dilakukan terutama bagi mereka yang
telah melakukan persiapan. Diharapkan konseling ini dapat membantu para pensiun
menyesuaikan diri dengan penghentian kerja yang tiba-tiba, yang mungkin telah
mereka lakukan selama 40 tahun atau lebih 3.
Pemberian bimbingan dan konseling
dari perusahaan atau instansi tempat bekerja perlu melakukan pendekatan bio,
psiko, sosial pada masa pensiun 4 . Bimbingan dan konseling yang bisa diberikan yaitu : Pertama,
persiapan mental. Ini merupakan hal terpenting, yakni
dengan cara menyadari bahwa cepat atau lambat setiap manusia akan memasuki
batas akhirnya. Kesadaran ini akan membuat hari-hari pensiun bakal lebih mudah
dijalani. Justru masa ini adalah saat yang tepat untuk menjalin hubungan yang lebih
dekat lagi dengan keluarga 5.
Penyesuaian terhadap masa pensiun juga bergantung sebagian besar pada
hirarki tujuan personal. Jika
suatu pekerjaan bukan termasuk dalam kategori prioritas yang tinggi, maka tidak
ada perusahaan serius dalam tujuan personal para pensiunan tersebut. Sebaliknya
jika pekerjaan mempunyai makna yang tinggi, maka mencari pekerjaan sebagai
alternatifnya atau mencari aktivitas pengganti lainnya. Jika pekerjaan penggant
tidak diperoleh maka perlu dilakukan intropeksi terhadap hirarkis tujuan
personal. 6
Kedua, perencanaan keuangan. Kecemasan
yang besar salah-satu sumber yang dirasakan para karyawan yang akan pensiun
adalah berkurangnya penghasilan. Dengan struktur gaji yang lebih banyak
memperhatikan tunjangan daripada gaji pokok. Masalah kesenjangan yang cukup
tajam ini sangat berkaitan dengna gaya
hidup yang sekarang ini digunakannya. Tidak mudah untuk
mengubahkebiasaan-kebiasaan terutama yang berkaitan dengan gaya hidup. Ada dua kemungkinan yang bisa
dilakukan, yaitu pertama, megubah gaya hidup dan melakukan restrukturisasi gaya
hidup.6
Uang pensiun dari perusahaan
jangan langsung dihabiskan. Rencanakan untuk keperluan hari tua. Tidak ada
salahnya membuat tabungan cadangan sejak masa produktif, entah berbentuk
tabungan pribadi maupun asuransi pensiun. Kebiasaan ini akan memberikan keuntungan ganda,
mendisiplinkan diri dan memperoleh uang pensiunan tambahan selain yang berasal
dari dari perusahaan. 5
Tabungan pribadi itu dapat saja diwujudkan
dengan merintis usaha sampingan. Kegiatan ini bisa dijalankan sendiri ataupun
bekerja sama dengan orang lain. Usaha yang dikelola dengan baik akan menjadi
penghasilan tersendiri bagi pensiunan. Usaha sampingan juga dapat menjadikan
kesibukan baru di masa tua.
Namun,
jangan hanya soal besarnya penghasilan semata yang perlu dipertimbangkan dalam
usaha. Pikirkan pula kekuatan fisik untuk menjalani usaha tersebut. Jangan
sampai kesibukan mengelola usaha justru membuat jatuh sakit. 5
Jenis usaha di masa pensiun harus bisa mendatangkan
manfaat lain seperti menghibur diri. Banyak ragam jenis usaha yang bisa
dijalankan: membuka kios koran, tempat pemancingan, jual voucher pulsa, dan
sebagainya. 5
Ketiga, perencanaan kegiatan. Jauh-jauh hari
sebelum pensiun buatlah rencana kegiatan sehari-hari yang akan dilakukan untuk
mengusir kebosanan yang mungkin timbul saat sudah tidak aktif bekerja. Kegiatan
sosial, menekuni hobi atau sekadar berlibur ke tempat-tempat yang belum pernah
dikunjungi juga bisa dipilih sebagai kegiatan menarik. 5
Teori kesuksesan dari Ekerd yaitu busy ethic yang menyatakan bahwa dalam
masa pensiun, individu harus mentransfer dari etik kerja ke dalam
aktivitas-aktivitas yang bermakna. Dengan mempertahankan produktivitas terhadap
kebebasan yang dimiliki pensiunan tersebut dan mereka pada umumnya mempunyai perasaan
yang bermakna dan memberikan kontribusi pada masyarakat. Aktivitas yang paling
umum dilakukan adalah memberikan layanan masyarakat, meningkatkan dan
mengembangkan keterampilan, hobi yang mendatangkan keuntungan dan bergerak di
dunia pendidikan. 6
Keempat, jaga kesehatan. Sebuah penelitian memaparkan, pensiun
ternyata bukan penyebab orang menjadi cepat tua dan sakit-sakitan. Justru
sebaliknya, masa ini berpotensi meningkatkan kesehatan karena waktu untuk berolah
tubuh kian banyak daripada saat aktif bekerja. Lima tahun pertama masa pensiun
sangat menentukan kondisi kesehatan. Karena itu, manfaatkanlah sebaik mungkin
untuk menjaga kesehatan. 6
Kelima, persepsi tentang bagaimana akan menyesuaikan diri
dengan masa pensiun. Persiapan ini bukan dilakukan ketika masa sudah dekat,
namun jauh sebelumnya. Bagaimana kita bisa menjadi orang yang penuh dengan kepercayaan
diri, terutama saat sudah tidak lagi punya jabatan. Jangan sampai kita kurang
percaya diri sehingga akan memperbesar kecemasan saat pensiun tiba. 6
Pensiun jika dipandang sebagai masa yang wajar
yang harus dilewati, maka reaksi-reaksi yang timbul adalah wajar-wajar saja.
Orang mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang dialami. Dengan
model pola pikir yang rasional, diharapkan dapat lebih melihat kapasitas
dirinya lebih jernih. Ia pun mampu melakukan antisipasi terhadap kegagalan dan
keberhasilan sehingga mampu mengatasi hambatan, baik dari diri maupun dari
luar. 6
Masa tua adalah masa yang mendekatkan diri pada
Tuhan. Sebagai masyarakat yang religius meyakini bahwa cara yang ampuh dalam
mengelola stres dengan mendekatkan diri pada Tuhan. Adapun tekniknua tergantung
pada keyakinan masing-masing. Pandangan masyarakat timur terhadap usia lanjut
usia adalah suatu masa untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa
dan meninggalkan urusan atau kegiatan keduniawian. Pada masa ini diyakini masa
yang sudah dekat masa kembali kehadirat-Nya. 6
Program pensiun telah lama berlaku bagi
pegawai negeri yang meliputi PNS, Anggota TNI and Polri sejak tahun 1960an.
Dalam hal ini, jaminan hari tua Didefinisikan sebagai program pensiun jaminan sosial
yang mencakup pensiun hari tua, pensiun cacat dan pensiun ahli waris yang
bersifat wajib bagi pengusaha dan tenaga kerja sesuai UU Jaminan Sosial. Dengan
kata lain, pensiun jaminan sosial sebagai pensiun dasar yang memberikan manfaat
secara berkala sebagai pengganti penghasilan bagi tenaga kerja yang pensiun hingga
meninggalnya pencari nafkah utama yang kemudian berlanjut ke pensiun ahli waris,
yaitu pensiun janda atau duda dan pensiun anak sampai dengan usia 23 tahun. 7
Secara kronologi program pensiun sosial
bagi Anggota TNI-Polri termasuk PNS yang bekerja di lingkungan Kementerian
Pertahanan berlaku efektif sejak tahun 1967 yang berdasarkan UU No 6/1966.
Tidak lama kemudian program pensiun sosial bagi PNS berlaku efektif sejak tahun
1970 yang berdasarkan UU No 11/1969. Satu dekade kemudian tepatnya pada tahun
1979 diperkenalkanlah asuransi sosial tenaga kerja (Astek) yang berlaku efektif
sejak tahun 1978 sesuai PP No 33/1977. 7
Dengan berlakunya program Astek
menunjukkan cikal bakal adanya sistem jaminan sosial bagai tenaga kerja sektor swasta
formal yang meliputi asuransi kecelakaan kerja, asuransi kematian dan tabungan hari
tua. Secara teori, JHT Jamsostek dapat didefinisikan sebagai pensiun jaminan
sosial, karena seluruh tenaga kerja yang mencapai usia pensiun berhak manfaat
JHT yang pembayarannya dapat dilakukan sekaligus atau pembayaran secara berkala
atau sebagian berkala (Pasal 14 UU No 3/1992). 7
Faktanya, penarikan JHT secara sekaligus
merupakan preferensi utama bagi peserta yang mencapai usia pensiun. Pembiayaan
pensiun jaminan sosial bagi Anggota TNI-Polri dan PNS sebagian besar berasal
dari APBN. Adapun iuran pegawai negeri yang ditetapkan sebesar 4,75% gaji pokok
adalah sebagai suplemen terhadap program pensiun yang didanai dengan APBN.
7
Masalah mendasar dalam penyelenggaraan
pensiun jaminan sosial bagi tenaga kerja
sektor swasta formal adalah (a) terbatasnya kesempatan kerja di sektor swasta formal,
(b) sebagian besar tenaga kerja sektor formal yang berkisar 70% atau sebanyak
26 juta masih bekerja di perusahaan perusahaan usaha skala kecil-menengah
dengan rata rata upah per bulan sekitar USD 200 (Info dari Apindo, 2010), (c)
berlakunya sistem kontrak kerja antara 2-5 tahun merupakan gangguan terhadap
kepesertaan jaminan sosial dan (d) tenaga kerja sektor informal yang begitu
banyak lebih dari 70% angkatan kerja dengan penghasilan kurang dari USD 50 per
bulan (Statistik Situasi Ketenaga-kerjaan di Indonesia BPS 2007)7
Sebagaimana mengacu pada UU No 13/2003
tentang Ketenagakerjaan, bahwa ada kewajiban pemberi-kerja untuk menganggarkan
dana kontinjensi untuk pembayaran pesangon dan penghargaan masa kerja baik
sebelum maupun sesudah
usia
pensiun. Berdasarkan pada PP No 14/1993 sebagai tindak-lanjut dari UU No 3/1992
diatur bahwa setiap tenaga kerja peserta Jamsostek yang mengalami PHK tetap
sebelum usia pensiun berhak menarik saldo JHT setelah memiliki masa iuran
minimal 5 tahun. 7
Perusahaan atau intansi tempat kerja dapat
menyelenggarakan program pensiun. Program pensiun adalah suatu program yang
mengupayakan tersedianya uang pensiun bagi peserta. Individu maupun kelompok
pekerja dapat mengikuti program pensiun. Dana pensiun adalah lembaga keuangan
non bank yang menyelenggarakan program pensiun. Dana pensiun pemberi kerja
(DPPK) adalah dana pensiun yang didirikan oleh pemberi kerja bagi sebagian atau
seluruh karyawannya. Dana pensiun merupakan badan hukum dengan manajemen,
kegiatan operasional dan kekayaan yang terpisah dari pendirinya.8 Pekerja tidak terlalu cemas pada saat pensiun karena sudah ada dana
pensiun yang dikelolaoleh perusahaan tempatnya bekerja.
Perusahaan/ instansi tempat bekerja
membuat program lokarkarya/pelatihan kewirausahaan kepada pekerjanya sehingga dapat
menunbuhkan jiwa kewirausahaan bagi para calon pensiunan. Manfaat dari pelatihan kewirausahaan untuk
persiapan pensiun yaitu agar para peserta memiliki paradigma positif sebagai
pensiunan dan dapat mengelola diri sendiri dan waktu yang tersedia untuk tetap
hidup dengan penuh motivasi. Memberi wawasan mengenai kewirausahaan dan
bagaimana memulai usaha baru disertai pembahasan dengan praktisi bisnis. 9
Materi yang dibahas dalam pelatihan ini
yaitu tentang perubahan pola kehidupan dari karyawan ke purna bakti, mengatasi
stres, depresi dan kekalutan ketika terjadi perubahan, membangun motivasi diri
pada masa pensiun, kewirausahaan untuk pemula, strategi menjadi wirausaha,
memulai usaha baru dengan realistik. 9
Hal lain yang akan dilakukan yaitu dengan membuat
program wisata dan jalan-jalan dengan karyawan dan istrinya sebagai reward dari
perusahaan atas jasa dan pengabdiannya pada perusahaan. Program wisata ini
salah-satu aspek yang akan dituju yaitu kebersamaan antar karyawan yang akan
pensiun sehingga dia merasa banyak yang mempunyai nasib yang sama serta merasa
kebersamaan antar sesama calon pensiunan. Wisata yang dilakukan yaitu wisata rohani serta ke tempat-tempat
percontohan kewirausahaan yang dilakukan oleh pensiunan sehingga dapat
meningkatkan motivasi mereka untuk berwirausaha.9
Daftar Pustaka
1. Rosalina, J. Pensiun stress dan bahagia.
[diunduh tanggal 1 Juli 2011] diambil dari : all about stress.com
2. Rahayu, S. Studi tentang kesiapan dalam
menghadapi masa pensiun pada karyawan yang sedang memasuki persiapan pensiun di
perusahaan PT. Badak NGL. 2009.
3. Sumantri, S. Psikologi personnel. Materi
kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia Kebidanan. Bandung: UNPAD;2011.
4. Abikusno, N. Model pendekatan
bio-psiko-sosial pada masa pensiun. Jakarta: Universitas Meidina: vol 24 (2):
105-10.
5. Indriasari, C. Hadapi pensiun dengan
tenang. Dalam Gema Jamsostek menggantang asa saat krisi. PT Jamsostek [penyunting].
Jakarta: PT jamsostek, 2008; 11.
6. Helmi, AF. Stres manajemen untuk karyawan
pra purna karya. Yogyakarta: UGM; 2008.
7. Purwoko, B. Analisis hubungan kausal dalam
penyelenggaraan program pensiun di Indonesia.Jakarta: Universitas Pancasila;
2009.
8. Mengenal program pensiun perencanaan
kesejahteraan hari tua. [diunduh
tanggal 1 Juli 2011] diambil dari : www.bapepam.go.id/dana_pensiun/publikasi.../Brosur%20Program.pdf
9. Lokakarya kewirausahaan untuk persiapan
pensiun. . [diunduh tanggal 1 Juli 2011] diambil dari :
pusdiklat.bpk.go.id/Program/loka2.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar