BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sejak tahun 2003, Asean Free Trade Area (AFTA)
telah diberlakukan secara bertahap di lingkup negara-negara ASEAN dan
perdagangan bebas akan berlangsung sepenuhnya mulai tahun 2008, selanjutnya
mulai tahun 2010 perdagangan bebas di seluruh wilayah Asia Pasifik akan
dilaksanakan. Tantangan bagi setiap perusahaan adalah menyiapkan diri
menghadapi globalisasi perekonomian untuk mendapatkan keuntungan secara
maksimal sekaligus mengurangi kerugian dari persaingan global melalui pengelolaan
sumber daya yang efisien dan efektif 1.
Struktur persaingan pun berubah menjadi sangat
kompetitif, dan hanya akan dimenangkan oleh perusahaan yang mempunyai daya
saing tinggi dan berkelanjutan (speed,
innovation and sustainable). Oleh sebab itu, investasi yang paling penting
bagi perusahaan adalah sumber daya manusia yang merupakan kunci keberhasilan
perusahaan agar tetap survive dan berkembang dengan baik. 2
Salah satu fungsi manajemen sumberdaya
manusia yang teramat penting adalah pengembangan. Diantara sekian banyak alasan
untuk mengatakan
demikian adalah
sebagai berikut 3 :
1) Pengakuan bahwa sumber daya manusia merupakan elemen yang
paling
strategis dalam organisasi.
2) Organisasi yang dikelola dengan baik adalah organisasi
pembelajar yang
pada gilirannya menuntut agar semua
manajer dan karyawan dalam
perusahaan menjadi insan pembelajar.
3) Dalam diri setiap orang – baik pada tingkat manajerial
maupun operasional selalu masih terdapat potensi yang belum digali dan dimanfaatkan
sepenuhnya.
4) Lingkungan eksternal dan internal perusahaan selalu
mengandung perubahan yang pada gilirannya memerlukan pemutakhiran pengetahuan dan
keterampilan.
5)
Karena perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlangsung dengan sangat pesat, pengetahuan
dan keterampilan kerja para anggota organisasi menjadi kadaluwarsa dengan
cepat.
Pengembangan meliputi baik pelatihan untuk
meningkatkan ketrampilan dalam melaksanakan pekerjaan tertentu maupun
pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan umum dan pemahaman atas keseluruhan
lingkungan. Program-program pengembangan yang direncanakan akan memberi manfaat
kepada organisasi berupa peningkatan prestasi, produktivitas, peningkatan
moral, pengurangan biaya, dan stabilitas serta keluwesan (fleksibilitas) organisasi
yang makin besar untuk menyesuaikan diri persyaratan-persyaratan eksternal yang
berubah. Program-program semacam itu juga akan membantu memenuhi kebutuhan
perorangan dalam usaha mencari pekerjaan yang bermakna bagi karier seumur hidup3.
Pentingnya
program pelatihan dan pengembangan akhirnya menjadi sebuah keharusan dan
kebutuhan bagi perusahaan yang ingin meningkatkan kemampuan pengetahuan dan
pengalaman karyawannya di semua level organisasi. Perusahaan haruslah mampu
mengidentifikasi kebutuhan organisasi, individu, model dan jenis pelatihan dan
pengembangan serta departemen/ level yang akan dilatih agar dapat disesuaikan
dengan tujuan yang ingin dicapai sehingga membuka peluang terjadinya alih
keterampilan, pengetahuan dan pengalaman untuk pekerjaan yang lebih baik di
masa depan. 2
Persoalan yang
timbul dalam pelatihan dan pengembangan yang dilakukan perusahaan seringkali
belum sesuai dengana kebutuhan organisasi, tugas dan individu sehigga tidak
mendukung prestasi kerja dan karir karyawan sedangkan biaya yang dikeluarkan
cukup besar. 2
Pelatihan tidak hanya diadakan
dan diikuti karyawan tanpa dilakukan perencanaan dan dianalisis apakah
pelatihan tersebut sesuai dengan kebutuhan . Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis kebutuhan pelatihan di tempat
kerja.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka, rumusan
masalahnya yaitu: Bagaimana analisis kebutuhan pelatihan di tempat kerja ?
1.3.
Tujuan
Tujuan dari penulisan ini yaitu untuk menganalisis
kebutuhan pelatihan di tempat kerja .
1.4.
Manfaat
1) Manfaat teori
Penulisan ini bermanfaat untuk
menambah pengetahuan tentang analisis kebutuhan pelatihan di tempat kerja.
2) Manfaat Praktis
Sebagai masukan bagi instansi
tempat kerja tentang kebutuhan pelatihan apa saja yang dibutuhkan di sana.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pelatihan
Pelatihan adalah suatu proses di mana
orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi.
Pelatihan bagi karyawan merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan
keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu
melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar.
Melalui pelatihan, karyawan terbantu mengerjakan pekerjaan yang ada, dapat
meningkatkan keseluruhan karir karyawan, dan membantu mengembangkan tanggung
jawabnya di masa depan.3
Pelatihan
menurut Andrew F. Sikula dalam Mangkunegara merupakan suatu proses
pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir
dimana pegawai non managerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan
teknis dalam tujuan terbatas. Filippo mengatakan bahwa pelatihan adalah
tindakan untuk meningkatkan pengetahuan dan kecakapan seseorang untuk
melaksanakan suatu pekerjaan tertentu. Arep dan Tanjung , pelatihan adalah
salah satu usaha untuk mengembangkan SDM, terutama dalam hal pengetahuan (Knowledge),
kemampuan (abillity), keahlian (skill) dan sikap (attitude).4
Pelatihan bukanlah merupakan suatu tujuan,
tetapi merupakan suatu usaha untuk meningkatkan tanggung jawab mencapai tujuan
perusahaan. Pelatihan merupakan proses keterampilan kerja timbal balik yang
bersifat membantu, oleh karena itu dalam pelatihan seharusnya diciptakan suatu
lingkungan di mana para karyawan dapat memperoleh atau mempelajari sikap,
kemampuan, keahlian, pengetahuan dan perilaku yang spesifik yang berkaitan
dengan pekerjaan, sehingga dapat mendorong mereka untuk dapat bekerja lebih
baik. 5
Pelatihan adalah proses belajar mengajar
dalam rangka meningkatkan kinerja profesionalisme dan/ atau untuk menunjang
pengembangan karier bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas.6 Pelatihan
menurut Milkovich & Bodreau adalah proses sistematik untuk mengubah perilaku,
pengetahuan, dan motivasi dari karyawan saat ini untuk memperbaiki kesesuaian
antara karakteristik karyawan dengan kebutuhan pekerjaan.7
Pelatihan biasanya terdiri atas
program-program yang dirancang untuk meningkatkan kinerja pada tingkat
individu, kelompok dan atau organisasi. Kinerja yang dimaksud dapat terlihat
dari adanya perubahan yang dapat diukur dalam pengetahuan, keahlian, sikap dan
atau perilaku.8
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pelatihan
merupakan suatu proses pendidikan yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan
dan keterampilan khusus seseorang atau sekelompok orang yang menduduki suatu
jabatan atau tugas tertentu.
2.2. Tujuan Pelatihan
Tujuan
perusahaan atau intansi menyelenggarakan pelatihan terhadap karyawan karena
perusahaan menginginkan perubahan dalam kinerja karyawan, sehingga sesuai
dengan tujuan perusahaan. Menurut Dessler, beberpaa tujuan pelatihan adalah
sebagai berikut 9:
1) Mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan
dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif.
2) Mengembangkan pengetahuan, sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional.
3) Mengembangkan sikap, sehigga menimbulkan
kemauan kerjasama dengan teman-teman karyawan dan dengan manajemen.
Menurut Simamora, ada 7
(tujuh) bidang yang merupakan tujuan utama pelatihan yaitu 2:
1) Memperbaiki kinerja
Hal ini
diarahkan bagi para pegawai yang kurang terampil dan juga berlaku bagi pegawai
baru yang dipromosikan yang tidak memiliki keahlian dan kemampuan di bidang
baru agar kompeten dipekerjaannya.
2) Memutakhirkan keahlian para pegawai
sejalan dengan kemajuan teknologi
Hal ini
dilakukan karena perubahan teknologi menuntut perusahaan untuk menyesuaikan
diri terhadap kemajuan teknologi agar mampu bersaing dengan perusahaan sejenis
sehingga melalui pelatihan para pegawai dapat secara efektif menggunakan
teknologi baru untuk diintegrasikan ke dalam perusahaan.
3) Mengurangi waktu belajar bagi pegawai baru
supaya menjadi kompeten dalam pekerjaan. Pelatihan diarahkan agar pegawai baru
supaya menjadi kompeten dalam pekerjaan yaitu mencapai output atau hasil kerja
dan standar kualitas yang diharapkan.
4) Membantu memecahkan permasalahn
operasional
Dengan
pelatihan di berbagai bidang baik yang dilaksakan oelh persahaan maupun oleh
konsultan luar diharapkan dapat membantu pegawai memecahkan masalah
organisasional dan melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif.
5) Mempersiapkan pegawai untuk promosi
Salah-satu cara untuk merekrut, menahan dan memotivasi pegawai adalah
melalui pengembangan karier secara sistimatis. Pelatihan memberikan jaminan
berupa kemampuan kerja bagi pegawai yang diberikan promosi.
6) Mengorientasikan pegawai terhadap
perusahaan
Pelatihan dilakukan bagi pegawai baru dengan mengorientasikan mereka
terhadap perusahaan agar mereka memiliki kesan yang menyenangkan sehingga puas
bekerja dan produktif.
7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan diri
Pelatihan diarahkan bagi pegawai yang berorientasi pada prestasi dan
suka tantangan terhadap pekerjaan baru. Pelatihan menyediakan aktifitas yang
membuahkan efektivitas organisasi yang lebih besar dan meningkatkan pertumbuhan
pribadi bagi semua pegawai.
2.3. Manfaat Pelatihan
Menurut Riva, manfaat dari kegiatan pelatihan
dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu 4:
Manfaat bagi karyawan
a. Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah
yang lebih efektif.
b. Melalui pelatihan dan pengembangan , variabel
pengenalan, pencapaian prestasi, pertumbuhan, tanggung jawab dan kemajuan dapat
diinternalisasi dan dilaksanakan.
c. Membantu mendorong dan
mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri.
d. Membantu karyawan mengatasi
stres, tekanan, frustasi dan konflik.
e. Memberikan informasi
tentang meningkatnya pengetahuan kepemimpinan, keterampilan komunikasi dan
sikap.
f. Meningkatkan kepuasan kerja dan pengakuan
g.Membantu karyawan mendekati
tujuan pribadi sementara meningkatkan keterampilan interaksi.
h. Memenuhi kebutuhan personal peserta serta pelatih.
i. Memberikan nasehat dan jalan untuk pertumbuhan masa
depan.
j. Membangun rasa pertumbuhan
dalam pelatihan.
k. Membantu pengembangan
keterampilan mendengar, bicara dan menulis dengan latihan.
l. Membantu menghilangkan rasa
takut dalam melaksanakan tugas baru.
2. Manfaat bagi perusahaan
a. Mengarahkan untuk
meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih terhadap orientasi profit.
b. Memperbaiki pengetahuan
kerja dan keahalian pada semua level perusahaan.
c. Memperbaiki moral SDM.
d. Membantu karyawan untuk
mengetahui tujuan perusahaan.
e. Membantu menciptakan image
perusahaan yang lebih baik.
f. Mendukung otentisitas,
keterbukaan dan kepercayaan.
g. Meningkatkan hubungan antar
bawahan dan atasan.
h. Membantu pengembangan
perusahaan.
i. Belajar dari peserta.
j. Membantu mempersiapkan dan
melaksanakan kebijakan perusahaan.
k. Memberikan informasi
tentang kebutuhan perusahaan di masa depan.
l. Perusahaan dapat membuat
keputusan dan memecahkan masalah yang lebih efektif.
m. Membantu pengembangan
promosi dari dalam.
n. Membantu pengembangan keterampilan kepemimpinan,
motivasi, kesetiaan, sikap dan aspek lain yang biasanya diperlihatkan pekerja.
o. Membantu meningkatkan
efisiensi, efektivitas dan kualitas kerja.
p. Membantu menekan biaya
dalam berbagai bidang seperti produksi, SDM, administrasi.
q. Meningkatkan rasa tanggung
jawab terhadap kompetensi dan pengetahuan perusahaan.
r. Meningkatkan hubungan antar
buruh dengan manajemen.
s. Mengurangi biaya konsultan luar dengan menggunakan
konsultan internal.
t. Mendorong mengurangi perilaku yang merugikan.
u. Menciptakan iklim yang baik untuk pertumbuhan.
v. Membantu meningkatkan
komunikasi organisasi.
w. Membantu karyawan untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan.
3. Manfaat dalam hubungan SDM,
intra dan antar grup dan pelaksana kebijakan
a. Meningkatkan komunikasi
antar grup dan individual.
b. Membantu dalam orientasi
bagi karyawan baru dan karyawan transfer atau promosi.
c. Memberikan
informasi tentang kesamaan kesempatan dan aksi alternatif.
d. Memberikan
informasi tentang hukum pemerintah dan kebijakan internasional.
e. Meningkatkan
keterampilan interpersonal.
f. Membuat kebijakan
perusahaan, aturan dan regulasi.
g. Meningkatkan kualitas
moral.
h. Membangun kohesifitas dalam
kelompok.
i. Memberikan iklim yang baik
untuk belajar, pertumbuhan, dan koordinasi.
j. Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih
baik untuk bekerja dan hidup.
2.4. Tahapan Proses Pelatihan
Proses pelatihan terdiri dari tiga tahapan
yaitu tahap penilaian (asesssment), tahap pelatihan dan tahap evaluasi.
Pada tahap penilaian (asessment) dilakukan karena dua alasan yaitu: 1).
Belum tentu semua orang siap dan membutuhkan pelatihan tertentu; 2). Karena
penilaian kebutuhan mendiagnosis permasalahan kekinian (current issue) dan
tantangan-tantangan masa depan yang diharapkan akan dapat diatasi melalui
kegiatan pelatihan dan pengembangan. 4
Pada tahap penilaian ini kebutuhan
pelatihan tidak hanya dilihat dari segi individu, tetapi juga dilihat dari
kebutuhan perusahaan serta kebutuhan tugas. Setelah penilaian kebutuhan dianalisis,
tujuan pelatihan dapat dikembangkan. 3
Kemudian dapat dilakukan perancangan dan
menyeleksi prosedur pelatihan, sehingga kegiatan pelatihan dapat dilaksanakan.
Untuk mengetahui hasil pelatihan maka perlu dilakukan evaluasi kegiatan
pelatihan dan disesuaikan dengan kriteria yang telah ditetapkan pada tahap
penilaian.4
Setiap pelatihan harus terlebih dahulu
ditetapkan secara jelas sasaran yang ingin dicapai agar pelaksanaan program
pelatihan dapat diarahkan ke pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan Siagian,
menyatakan berbagai langkah perlu ditempuh dalam pelatihan yaitu: a) Penentuan
kebutuhan, b) Penentuan sasaran, c)
Penetapan
isi program, d) Identifikasi prinsip-prinsip belajar, e) Pelaksanaan program,
f) Identifikasi manfaat, g) Penilaian pelaksanaan program. 1
a.
Penentuan Kebutuhan
Pelatihan diselenggarakan apabila
kebutuhan itu memang ada. Penentuan kebutuhan itu harus didasarkan pada
analisis yang tepat karena penyelenggaraan pelatihan biasanya membutuhkan dana
yang cukup besar.2
b.
Penentuan Sasaran
Berdasarkan analisis kebutuhan maka
sasaran pelatihan ditetapkan. Sasaran yang ingin dicapai dengan bersifat
teknikal akan tetapi dapat pula menyangkut keperilakuan.9
c.
Penetapan Isi Program
Pelatihan
harus jelas diketahui apa yang ingin dicapai sesuai dengan hasil analisis
kebutuhan
dan sasaran yang telah dilakukan.4
d.
Identifikasi Prinsip-prinsip Belajar
Penerapan
prinsip belajar yang baik maka berlangsungnya proses belajar mengajar dapat
dilakukan dengan cepat, pada dasarnya prinsip belajar yang layak dipertimbangkan
untuk diterapkan berkisar pada lima hal yaitu, partisipasi, repetisi,
relevansi, pengalihan dan umpan balik.2
e. Pelaksanaan Program
Tepat tidaknya teknik mengajar yang
digunakan sangat tergantung pada berbagai pertimbangan yang ingin ditonjolkan,
seperti penghematan dalam pembiayaan, materi program, tersedianya fasilitas
tertentu, preferensi dan kemampuan peserta, preferensi dan kemampuan pelatih
dan prinsip-prinsip belajar yang hendak diterapkan.9
f. Identifikasi
Manfaat
Setelah program pelatihan dilaksanakan
maka dapat diidentifikasi manfaat yang diperoleh pegawai, misalnya peningkatan
pengetahuan dan keterampilan pegawai.4
g.
Penilaian Pelaksanaan Program
Pelaksanaan suatu program pelatihan dapat
dikatakan berhasil apabila dalam diri peserta tersebut terjadi transformasi,
dengan peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugas dan perilaku yang
tercermin pada sikap, disiplin dan etos kerja.5
2.5. Analisis Kebutuhan Pelatihan
Training
needs analysis berupaya
mengidentifikasi kesenjangan dari kompetensi dan kinerja yang sudah ada dengan
kompetensi dan kinerja yang seharusnya terpenuhi dan apakah kesenjangan
tersebut merupakan permasalahan yang dapat diatasi dengan solusi pelatihan atau
solusi non pelatihan. 4
Training
needs analysis memiliki
lima tujuan, yakni : (1) Menentukan jenis pelatihan yang berhubungan dengan
pekerjaan pegawai, (2) Menentukan jenis pelatihan yang dapat
meningkatkan/memperbaiki kinerja pegawai, (3) Menentukan apakah pelatihan akan
mempengaruhi kinerja pegawai, (4) Membedakan antara kebutuhan pelatihan yang
ada dengan permasalahan organisasi, dan (5) Menghubungkan antara kinerja
pegawai dengan tujuan organisasi. 4
Menurut Jusuf, analisis penilaian
kebutuhan pelatihan adalah sebagai berikut:2
1.
Analisis Organisasional
Kebutuhan-kebutuhan pelatihan dapat
didiagnosa melalui analisis-analisis organisasional. Sebuah bagian penting dari
perencanaan SDM strategis organisasional adalah identifikasi dari pengetahuan, keterampilan,
dan kemampuan yang akan dibutuhkan di masa depan seiring berubahnya pekerjaan dan
organisasi.
Baik kekuatan internal maupun eksternal
akan memengaruhi pelatihan dan harus dipertimbangkan ketika melakukan analisis
organisasional. Misalnya, masalah-masalah yang diakibatkan oleh ketertinggalan
dalam bidang teknis dari karyawan yang ada dan kurang terdidiknya kelompok
tenaga kerja di mana pekerja baru diambil harus dihadapi lebih dahulu sebelum
kebutuhan pelatihan tersebut menjadi kritis.
2.
Analisis Pekerjaan/Tugas
Cara kedua untuk mendiagnosis kebutuhan
pelatihan adalah melalui analisis pekerjaan dan tugas yang dilakukan. Dengan
membandingkan kebutuhan dalam pekerjaan dengan pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan karyawan, kebutuhan-kebutuhan pelatihan dapat diidentifikasi. Sebagai
contoh, analisis pada perusahaan manufaktur mengidentifikasi tugas-tugas untuk
dilakukan oleh para insinyur yang berlaku sebagai instruktur teknis, manajemen
mengadakan program untuk mengajarkan keterampilan oral tertentu ; jadi insinyur
tersebut mampu menjadi instruktur yang lebih baik.
3.
Analisis Individual
Tindakan ketiga dari diagnosis kebutuhan
pelatihan berfokus pada individu dan
bagaimana
mereka melakukan pekerjaan mereka. Pendekatan paling umum dalam membuat
analisis individual tersebut adalah dengan menggunakan data penilaian kerja. Dalam
beberapa contoh, sistem informasi SDM yang baik dapat digunakan untuk
mengidentifikasi individu-individu yang membutuhkan pelatihan dalam area-area
tertentu.
Penilaian kebutuhan-kebutuhan
pelatihan melalui proses penilaian kinerja, kekurangan dalam kinerja seorang
karyawan harus lebih dulu ditentukan dalam sebuah tinjauan formal. Kemudian,
beberapa jenis pelatihan dapat dirancang untuk membantu karyawan tersebut
mengatasi kelemahan-kelemahannya.
2.6. Metode Pelatihan
Menurut Notoatmodjo, metode pelatihan yang
digunakan dalam pelaksanaan pelatihan dibedakan menjadi dua macam, yaitu 2
:
1.
Metode didalam pekerjaan (on the job Training)
Metode ini menempatkan para trainee ke
dalam situasi nyata, dimana karyawan yang berpengalaman memperlihatkan atau
membimbing para karyawan baru yang diharapkan memberikan contoh-contoh
pekerjaan yang baik dan memperlihatkan penanganan suatu pekerjaan yang jelas
dan konkrit. Meliputi latihan
orientasi, magang, pelatihan pada pekerjaan, penugasan penelitian dan penilaian
kinerja.
Keuntungan
dari metode pelatihan on the job training yaitu 4 :
a. Karyawan melakukan pekerjaan yang
sesungguhnya bukan tugas yang disimulasikan.
b. Karyawan mendapatkan instruksi-instruksi
dari kayawan senior yang berpengalaman yang telah melakukan tugas dengan baik.
c. Program ini sangat relevan dengan
pekerjaan, membutuhkan biaya yang relatif rendah dan memotivasi kinerja yang
kuat.
2.
Metode di luar pekerjaan (off the job training)
Metode ini memberikan kesempatan pada
karyawan selaku peserta pelatihan keluar sementara dari kegiatan atau
pekerjaannya. Pada umumnya metode ini mempunyai dua macam teknik, yaitu teknik
presentasi dan teknik simulasi. Teknik presentasi dalam menyajikan informasi
yang tujuannya.
Mengintroduksikan pengetahuan, sikap dan
keterampilan baru kepada para peserta. Teknik-teknik yang termasuk dalam teknik
presentasi antara lain ceramah, teknik diskusi, teknik permodelan perilaku dan
teknik magang. Teknik simulasi sendiri adalah suatu penentuan karakteristik
atau perilaku tertentu dari nilai sedemikian rupa sehingga para peserta dapat
merealisasikan seperti keadaan sebenarnya. Metode-metode simulasi ini mencakup
simulator alat-alat, studi kasus, permainan peran dan teknik di dalam keranjang
(in Basket).
Keuntungan dari metode pelatihan off
the job training yaitu :
a.
Memberikan perspektif luar
kepada karyawan, sehingga dapat mengetahui yang sedang terjadi di dunia luar.
b.
Memberikan kesempatan kepada
karyawan untuk bertemu dengan orang-orang dari departemen lain atau perusahaan
lain untuk saling bertukar pikiran.
c.
Meningkatkan keluwesan karyawan
dan membuat mereka lebih siap untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab baru.
d.
Menyegarkan kembali karyawan
dengan menghadirkan suasana baru dalam pelatihan.
2.7. Efektivitas Pelatihan
Hardjana, menyatakan bahwa agar sebuah
pelatihan efektif maka perusahaan harus melakukan penilaian terhadap kebutuhan
pelatihan. Kebutuhan pelatihan tersebut dapat ditemukan melalui teknik
wawancara, mengedarkan kuesioner, mengadakan tes atau audit lembaga pada
unit-unitnya dengan mempelajari kegiatan, masukan, keluaran, biaya atau
efisiensi, dan efektivitas masing-masing.1
Basri dan Rivai, menyatakan bahwa pelatihan tersebut
efektif apabila 4:
1.
Pelatih memahami bahwa perannya
akan membantu karyawan untuk mendapatkan tambahan pengetahuan.
2.
Karyawan termotivasi untuk
belajar, mereka harus sadar bahwa tingkat keterampilan atau pengetahuan atau
perilaku mereka perlu ditingkatkan jika mereka akan melaksanakan pekerjaan
mereka dan kepuasan lain.
3.
Karyawan diberi bimbingan
tentang yang harus mereka pelajari dan umpan balik atas apa yang mereka sedang
lakukan.
4. Pelajaran adalah suatu proses aktif.
5. Pelatih mendengarkan karyawan untuk
memahami apa yang mereka inginkan dan perlukan.
6. Pelatih mengadopsi suatu pendekatan
bersifat membangun, berdasarkan kekuatan dan pengalaman.
1.
Lubis, KA.
Pengaruh pelatihan dan motivasi erja terhadap kinerja PT. Perkebunan Nusantara
IV (Persero). [tesis]. Medan: USU; 2008.
2.
Manik, TKS.
Pengaruh program pelatihan dan pengembangan karyawan terhadap kualitas
pelayanan prima. Kasus : pada PT Bank Sumut. [tesis]. Jakarta: UT; 2008.
3.
Fadillah.
Pengaruh tingkat pendidikan dan pelatihan terhadap peningkatan prestasi kerja
karyawan pada PT. Nilas Wahana Antika di Sukoharjo. Surakarta: UMS; 2008.
4.
Alfarisi, R.
Hubungan efektivitas pelatihan sistem manajemen kinerja berbasis kompetensi
dengan kinerja karyawan. Bogor: IPB; 2009.
5.
Kustini.
Pelatihan . [diunduh tanggal 1 juli 2011] dimbil dari sumber: www.damandiri.or.id/file/kustiniunairbab2.pdf
6.
Pusdiklat
kesehatan Depkes RI. Pedoman akreditasi pelatihan.
7.
Citra M.
Perumusan pelatihan yang efektif dalam meningkatkan produktivitas. [diunduh
tanggal 1 juli 2011] dimbil dari sumber: pustaka.unpad.ac.id/.../perumusan_pelatihan_yg_efektif_dlm_meningkatka...
8.
Teori singkat
tentang analisis kebutuhan diklat [diunduh tanggal 1 juli 2011] dimbil dari
sumber: seminstitute.co.id/artikel/.../Teori%20Analisis%20Kebutuhan%20Diklat.pdf
9.
Lubis, KA.
Pengaruh pelatihan dan motvasi kerja terhadap kinerja karyawan PT. Perkebunan
Nusantara IV (Persero) . Medan: USU; 2009.
nurul boleh tahu paragraf pertama sumbernya dari mana?
BalasHapusMohon maaf mbak, saya baru balas.sumber no.1 yaitu:
HapusLubis, KA. Pengaruh pelatihan dan motivasi erja terhadap kinerja PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero). [tesis]. Medan: USU; 2008.